HastaBumi adalah ukuran bumi, ukuran tanah atau ukuran tanah pekarangan.Jiwa, 1992. Kata Asta bisa juga berarti delapan dan kata hasta juga sering diartikan dengan tangan. Sedangkan kata Ashta berarti Perancangan, sehingga dalam kaitannya dengan pedoman untuk merancang tata letak bangunan tradisional, Bali maka kata Ashta ini kiranya yang
Asta kosala kosali dan asta bumi merupakan salah satu pedoman umat Hindu Bali dalam membangun rumah dan kita tau, rumah adat Bali memang memiliki desain arsitektur khusus. Bangunannya memiliki struktur, fungsi, dan penggunaan ornamen turun-temurun. Pakem yang selalu digunakan masyarakat Bali sebagai konsep tata bangunan adalah asta kosala kosali dan asta bumi. Banyak keunikan dan hal menarik yang tersirat dari asta kosala kosali dan asta Jurnal Maha Widya Duta bertajuk Arsitektur Bali Berkonsep Asta Kosala Kosali dan Asta Bumi sebagai Daya Tarik Wisata’, asta kosala kosali adalah fengshui-nya Bali. Dalam hal ini asta kosala kosali berisi tentang cara, tata letak, dan tata bangunan dalam membangun rumah atau peribadatan di tempat diatas harus dilandasi dengan filosofis, etis, dan ritual serta memperhatikan konsep perwujudan, pemilihan lahan, hari baik mendirikan suatu bangunan, dan pelaksanaan terpisah, asta kosala kosali adalah aturan tentang bentuk niyasa simbol pelinggih. Simbol ini meliputi ukuran panjang, lebar, tinggi, pepalih tingkatan, dan asta bumi diartikan sebagai perantara keselarasan kehidupan manusia dan alam. Asta bumi berisi tentang aturan luas bangunan pura atau Asta Kosala Kosali dan Asta Bumi Berkaitan dengan sejarah munculnya asta kosala kosali dan asta bumi, terdapat beberapa Muncul pada Abad 9 Berkaitan Prasasti BebetinPada abad ke-9, asta kosala kosali telah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dibuktikan pada data Prasasti Bebetin Berangka 818 Saka 896 M. Kala itu, Bali telah dikenal sebagai ahli arsitektur tradisional Bali. Arsitek disana dikenal dengan sebutan Dikaitkan pada Zaman MajapahitVersi kedua, dalam jurnal Waha Widya Duta, Ida Pandita Dukuh Samyaga menuturkan perkembangan arsitektur bangunan Bali tak lepas dari peran tokoh Bali Aga zaman abad ke-11 tepatnya zaman pemerintahan Raja Anak Wungsu, dua tokoh bernama Kebo Iwa dan Mpu Kuturan mewarisi landasan pembangunan arsitektur Lahan dan BangunanDalam penataan lahan dan bangunan di Bali, memang tidak bisa sembarangan. Banyak aturan yang harus diperhatikan baik-baik demi kelancaran pembangunan. Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penataan lahan dan Posisi Lahan Tidak Bisa Sembarangan Membangun rumah di Bali tidak bisa di sembarang tempat loh. Ada beberapa pantangan yang harus dihindari oleh masyarakat Bali saat mendirikan sebuah bangunan. Salah satunya posisi tanah. Berikut ini tanah yang perlu dihindari sebagai lokasi Karang karubuhan jalanb. Karang sandang lawe pintu keluar berpapasan dengan persimpangan jalanc. Karang sulangapi karang yang dilingkari oleh lorong/jaland. Karang buta kabanda karang yang diapit lorong/jalane. Karang teledu nginyah karang tumbak tukadf. Karang gerah karang di hulu kahyangang. Karang tengeth. Karang buta salah wetui. Karang boros wong dua pintu masuk berdampingan sama tinggij. Karang suduk angga karang manyelekingk. Tanah berwarna hitam, legam, berbau diatas bisa saja digunakan untuk didirikan bangunan. Namun, perlu dilakukan upacara keagamaan tersendiri. Nantinya dibuatkan palinggih yang dilengkapi dengan upacara Posisi Lahan yang Baik untuk BangunanPosisi tanah yang bagus untuk didirikan bangunan adalah tanah dengan posisi miring lebih rendah ke timur sebelum direklamasi. Namun, posisi bangunan tetangga dan tanah sisi utara harus lebih di pinggir jalan, posisi tanah alangkah baiknya di peluk jalan. Ditambah lagi terdapat air di sebelah selatan. Perlu dicatat, air bukan dari sungai yang mengalir deras melainkan aliran sedang. Posisi sungai pun harus memeluk letak tanah, tekstur tanah juga perlu diperhatikan. Tanah yang berwarna kemerahan dan tidak berbau sangat cocok untuk didirikan bangunan. Gimana cara ngujinya?Sobat MI tinggal ambil tanah dan gengam lalu buang. Jika tanah terurai maka tekstur tanah tersebut bagus. Cara lain, bisa dengan melubangi tanah sedalam 40 cm persegi dan ditimbun dengan tanah galian tadi. Jika lubang penuh atau tidak ada sisa tanah timbunan maka tanah tersebut sebaliknya, jika lubang tidak bisa tertutup rapat oleh tanah galian tadi, bisa dikatakan tanah tersebut tidak baik untuk didirikan bangunan. Konon tanah dengan ciri-ciri tersebut tergolong asta kosala kosali, pilihlah tanah yang berada di utara jalan karena lebih mudah melakukan penataan Juga Arsitektur Rumah Bumi Pasundan, Rumah Adat Badak Heuay!3. Pengukuran Bangunan Menggunakan Anatomi Tubuh Jika umumnya masyarakat mengukur lahan bangunan menggunakan alat meteran, tidak dengan masyarakat tradisional Bali. Mereka menggunakan anatomi tubuhnya sebagai alat ukur. Ini dia cara pengukuran ala masyarakat Acengkang AlengkatPengukuran satu ini menggunakan ujung jari telunjuk dan ibu jari tangan dengan kedua jari AgamelAgamel, pengukuran tradisional yang dilakukan dengan cara mengepalkan AguliKonsep pengukuran aguli diukur dari ruas tengah jari AkacingAkacing adalah pengukuran yang dilakukan dari pangkal hingga ujung jari kelingking tangan AlekJika pengukuran akacing dari ujung ibu jari hingga ujung kelingking, alek hanya sampai ujung jari AmustiAmusti dilakukan dengan pengukuran dari ujung ibu jari hingga pangkal telapak tangan yang Atapak BatisPengukuran ini sering ditemui juga di masyarakat umum, terutama Jawa. Atapak batis diukur mulai sepanjang telapak Atapak Batis NgandangPengukuran atapak batis nyandang masih sama dengan atapak batis yang menggunakan perantara telapak kaki. Perbedaannya, atapak batis nyandang diukur selebar telapak Atengen Depa AgungKonsep pengukuran atengen depa agung, dilakukan dari pangkal lengan sampai ujung jari tangan yang Atengen Depa AlitPerbedaan pengukuran ini dengan atengen depa agung adalah di posisi jari tangan. Pada atengen depa alit, ujung tangan AuseranAuseran diukur dari pangkal ujung jari telunjuk yang ditempatkan pada suatu Duang JerijiPengukuran duang jeriji dilakukan dengan lingkar dua jari yaitu jari telunjuk dan jari tengah yang Petang JerijiKalau pengukuran satu ini diukur dari lebar empat jari yang dirapatkan. Jari yang dimaksud adalah telunjuk, jari tengah, jari manis, dan SahastaPengukuran yang dilakukan dari siku sampai pangkal telapak tangan yang Atampak LimaKonsep pengukuran yang terakhir atampak lima. Atampak lima diukur mulai selebar telapak tangan yang dibuka dengan jari Bahan Bangunan yang DigunakanPemilihan bahan bangunan rumah dan sejenisnya harus selektif. Jika asal memilih bahan bangunan, umat Hindu percaya akan terjadi musibah pada keluarga penghuni bangunan tersebut. Berikut ini tantangan terkait bahan bangunan yang tidak boleh digunakana. Bramasesa tidak boleh memakai bahan material sisa kebakaranb. Nguringwapke memakai bekas bahan bangunan yang roboh tanpa sebab yang jelasc. Poman pamali menggunakan kayu yang berada di jurangd. Anepiluwah menggunakan kayu yang berada di tepi sungaie. Sesawadung memakai kayu sisa dari tebangan terdahuluf. Candragni memakai kayu yang berada di tempat ibadah keluargag. Bhutagraha kayu yang diambil dari kuburanh. Pamali wates mengambil kayu dari pembatas pekarangani. Asurigrha kayu yang diambil dari tepi danauj. Bhutangandang kayu yang diambil dari pohon yang melintang di jalank. Ngayut dana pohon yang diambil dari aliran sungail. Sinar begelap kayu yang diambil dari pohon yang tumbang akibat sambaran petirPembagian Ruang BangunanTernyata, ruangan rumah di Bali tidak dijadikan dalam satu bangunan melainkan terpisah. Hal ini ditujukan untuk memberikan fungsi tertentu terhadap masing-masing ini bagian-bagian yang ada di dalam rumah Angkul-angkulAngkul disini fungsinya seperti Candi Bentar pada Pura, yaitu sebagai gapura jalan Aling-alingAling-aling berfungsi sebagai pengalih jalan masuk. Tujuannya agar jalan masuk tidak lurus ke dalam tapi menyamping. Hal ini ditujukan supaya pandangan orang diluar angkul tidak langsung tertuju ke dalam Umah MetenRuangan ini biasanya ditujukan untuk kepala Juga Elemen Rumoh Aceh dan Keunikannya!4. Bale SakepatBale sakepat digunakan sebagai tempat istirahat anggota keluarga yang masih Bale TiangNah, untuk tamu biasanya akan diarahkan ke ruangan bale tiang. 6. PamerajanTempat ini digunakan sebagai tempat upacara. Setiap keluarga pasti memiliki pamerajan. Biasanya diposisikan di sebelah timur laut pada sembilan petak pola Bale DanginBale dangin lebih bersifat terbuka dan digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas seperti membuat kerajinan rajut dan PaonPaon sama halnya dengan dapur. Tempat ini digunakan untuk kegiatan LumbungHasil panen keluarga akan disimpan di lumbung. Hasil panen tersebut meliputi padi dan aneka hasil dia serba serbi asta kosala kosali dan asta bumi yang perlu sobat MI tau. Lestarikan selalu budaya yang ada di Indonesia ya!Jangan lupa untuk terus membaca postingan kita ya sobat MI. Caranya gampang kok dengan klik sini. Rasakan manfaat, keasikan, dan keseruan mengenal Indonesia melalui postingan di website dan akun sosial media Mengenal M H S. 2016. Asta Bumi dalam Perspektif Sejarah Studi Kasus Kota di Kecamatan Cakranegara Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat. J Paedagoria 131 64-79Suryawan, IG A J. 2019. Arsitektur Bali Berkonsepkan Asta Kosala Kosali dan Asta Bumi sebagai Daya Tarik Wisata. J Maha Widya Duta 31 35-45AuthorRecent Posts
MenentukanPosisi atau Letak Pintu Pekarangan - Tentang asta kosala kosali, asta bumi, membangun rumah, tata letak, posisi, dekorasi, teknik arsitektur, sipil, rejeki, pengaruh baik buruk, muzijat, mujijat, rezeki Catatan: Pengukuran panjang dilakukan dari dalam pekarangan, yaitu dari kiri ke kanan sejajar jalan. Sudah sangat akrab mendengar tentang feng shui, ilmu kepercayaan orang Cina terkait tata letak untuk mendapatkan rumah yang baik. Sekarang saatnya mengenal 'feng shui' yang ada di negeri sendiri, Asta Kosala Kosala Kosali merupakan suatu ajaran dari Bhagawan Siswakarma, ajaran tentang Tri Hita Karana palemahan, pawongan, serta periangan ilmu sebagai ukuran atau patokan dasar dalam membangun rumah ada Kosala Kosali bila diartikan dalam bahasa Indonesia mempunyai arti buku tentang ukuran dalam membuat rumah. Secara terperinci Siswakarma terlah menjelaskan tentang konsep serta alat-alat yang digunakan untuk membangun suatu bangunan, terutama membangun tempat menarikkan feng shui dari Bali ini, yuk kita simak fakta-faktanya berikut Dewata Nawa Sanga sebagai dasar Asta Kosala Kosali Ilustrasi Dewata Nawa Sanga Sanga atau Dewata Nawa Sanga merupakan kepercayaan umat Hindu Bali tentang konsep Dewa. Dewata Nawa Sanga digambarkan dengan bunga teratai yang bunganya mekar menjadi delapan kelopak bunga dan dua garis silang dan tengah seperti layaknya arah mata angin, dan Dewa Siwa sebagai Dewa yang ada dalam Dewata Nawa Sanga ini merupakan para dewa yang menguasai penjuru mata angin. Dewa-dewa tersebut merepresentasikan hal-hal dan mempunyai ciri khas sehingga beda dari dewa yang lainnya, Dilandasi delapan hal Rumah tradisional Bali pembangunan rumah Bali, Asta Kosala Kosali dilandasi oleh delapan yang memikirkan tentang keseimbangan cosmos. Seperti hubungan antara manusia, alam dengan Sang Pencipta yang saling berkesinambungan. Hubungan manusia, alam dan Sang Pencipta yang saling berkesinambungan Hierarki tata nilai Arah mata angin seperti dalam Dewata Nawa Sanga Ruang terbuka Proporsi dan skala ruang Kronologis dan proses pembangunan Kejujuran tentang struktur bangunan Kejujuran dalam penggunaan material Baca Juga 10 Tips Feng Shui Menata Taman Agar Hoki, Alirkan Energi Positif 3. Pengukuran menggunakan anatomi tubuh Ilustrasi satuan ukuran adat Bali Bali saat membangun rumah khas Bali tidaklah menggunakan alat ukur seperti meteran, melainkan menggunakan tubuh dari pemilik rumah. Namun tidak serta-merta pemilik rumah tidur telentang begitu, melainkan mengukurnya menggunakan tangan, jari dan menggunakan anatomi tubuh ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu Musti, mengukur dengan tangan mengepal dan posisi ibu jari menghadap atas. Hasta, sejengkal jarak tangan dari pergelangan tangan hingga jari tengah, atau bisa juga mdari ujung ibu jari sampai ujung kelingking dengan posisi tangan terbuka lebar. Selanjutnya yaitu Depa, mengukur menggunakan kedua rentangan tangan kanan dan kiri. Unik sekali cara mengukur seperti ini, Kondisi tanah Rumah tradisional bali tanah yang nantinya akan digunakan sebagai bangunan rumah tidak bisa dipilih dengan asal-asalan. Dalam Asta Kosala Kosali telah diatur tanah yang bagus dan tidak untuk Asta Kosala Kosali, tanah yang paling bagus untuk dijadikan rumah adalah tanah yang miring ke timur atau ke utara, dengan keadaan tanah yang berwarna merah dan tidak berbau. Serta, bagian timur tanah harus lebih tinggi dari bagian lainnya karena melambangkan bagian kepala yang disucikan. Dalam ilmu feng shui juga menyebutkan hal ini bisa membawa energi positif, Jenis kayu untuk pembangunan Ilustrasi kayu cendana johnnycaptureArsitektur Bali banyak menggunakan kayu sebagai pondasi dan juga perabotnya. Penggunaan kayu juga telah diatur dalam Asta Kosala Kosali, sehingga tidak bisa menggunakan sembarang kayu, kayu yang disebutkan dalam Asta Kosala Kosali ialah kayu cendana yang digunakan sebagai bahan dari pembuatan atap, kayu suren sebagai dinding, kayu jati sebagai tempat tidur atau Tata letak bangunan Ilustrasi tata letak bangunan bangunan pada Asta Kosala Kosali didasarkan pada Nawa Sanga, atau Dewa-dewa penjuru mata suci keluarga atau dalam Bahasa Bali disebut merajan atau sanggah sebaiknya berada di bagian timur. Bagian timur ini dianggap kalau sinar matahari tidak terlalu menyengat, dan air pun tidak sampai ke bagian hulu. Selanjutnya untuk dapur disarankan berada di barat daya atau sebelah kiri pintu masuk, karena di barat adalah letak dari Dewa sumur atau lumbung tempat menyimpan makanan dibangun di bagian utara dapur atau sebelah kanan pintu masuk, karena disana berada Dewa Air. Selanjutnya, untuk tempat tidur atau balai bandung berada di utara, untuk balai adat ditempatkan di timur dapur dan selatan balai bandung. Untuk bangunan-bangunan penunjan lainnya disarankan untuk ditempatkan di sebelah selatan balai Bentuk pintu Angkul-angkul Bali kali melihat bentuk pintu rumah adat Bali selalu tampak megah, ukiran-ukiran batu yang dipahat dengan sempurna dan rapi. Pintu rumah itu disebut dengan angkul-angkul, biasanya dikanan dan kirinya selalu ada patung Dwarapala yang memegang gada Asta Kosala Kosali dijelaskan apabila dalam satu rumah memiliki dua pintu, satu pintu utama dan yang satunya lagi adalah pintu masuk kendaraan, maka pintu utama harus lebih tinggi dibandingkan dengan pintu masuk pintu utama sejajar dengan pintu garasi, diyakini menjadikan rumah kurang menguntungkan, serta keuangan penghuninya akan cepat dan sering sakit-sakitan. Pintu masuk juga diusahakan berada dibagian timur dari rumah, mengingat bahwa arah timur dianggap membangun sebuah rumah memiliki tujuan yaitu untuk mencapai keharmonisan dan keseimbangan alam. Diluar dari kerumitan Asta Kosala Kosali, tidak bisa dipungkiri bahwa rumah Bali sangatlah menarik. Bagaimana, apakah berniat untuk membangun rumah dengan dasar Asta Kosala Kosali? Baca Juga Ini Efek Negatif Sembarangan Menaruh Cermin Menurut Fengshui IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis. DalamAsta Kosala Kosali ini disebutkan bahwa aturan-aturan pembuatan sebuah rumah harus mengikuti aturan-aturan anatomi tubuh pemilik rumah dengan dibantu sang undagi sebagai pedande atau orang suci yang mempunyai wewenang membantu pembangunan rumah atau pura. Asta Kosala Kosali Fengshui Arsitektur Bali
Asta Kosala Kosali merupakan Fengshui-nya Bali, adalah sebuah tata cara, tata letak, dan tata bangunan untuk bangunan tempat tinggal serta bangunan tempat suci yang ada di Bali yang sesuai dengan landasan Filosofis, Etis, dan Ritual dengan memperhatikan konsepsi perwujudan, pemilihan lahan, hari baik dewasa membangun rumah, serta pelaksanaan yadnya. Untuk melakukan pengukurannya pun lebih menggunakan ukuran dari Tubuh yang mpunya rumah. mereka tidak menggunakan meter tetapi menggunakan seperti Musti ukuran atau dimensi untuk ukuran tangan mengepal dengan ibu jari yang menghadap ke atas, Hasta ukuran sejengkal jarak tangan manusia dewata dari pergelangan tengah tangan sampai ujung jari tengah yang terbuka Depa ukuran yang dipakai antara dua bentang tangan yang dilentangkan dari kiri ke kanan A Landasan Filosofis, Etis. dan Ritual Landasan filosofis. Hubungan Bhuwana Alit dengan Bhuwana Agung. Pembangunan perumahan adalah berlandaskan filosofis bhuwana alit bhuwana agung. Bhuwana Alit yang berasal dari Panca Maha Bhuta adalah badan manusia itu sendiri dihidupkan oleh jiwatman. Segala sesuatu dalam Bhuwana Alit ada kesamaan dengan Bhuwana Agung yang dijiwai oleh Hyang Widhi. Kemanunggalan antara Bhuwana Agung dengan Bhuwana Alit merupakan landasan filosofis pembangunan perumahan umat Hindu yang sekaligus juga menjadi tujuan hidup manusia di dunia ini. Unsur- unsur pembentuk. Unsur pembentuk membangun perumahan adalah dilandasi oleh Tri Hit a Karana dan pengider- ideran Dewata Nawasanga. Tri Hita Karana yaitu unsur Tuhan/ jiwa adalah Parhyangan/ Pemerajan. Unsur Pawongan adalah manusianya dan Palemahan adalah unsur alam/ tanah. Sedangkan Dewata Nawasanga Pangider- ideran adalah sembilan kekuatan Tuhan yaitu para Dewa yang menjaga semua penjuru mata angin demi keseimbangan alam semesta ini. Landasan Etis Tata Nilai. Tata nilai dari bangunan adalah berlandaskan etis dengan menempatkan bangunan pemujaan ada di arah hulu dan bangunan- bangunan lainnya ditempatkan ke arah teben hilir. Untuk lebih pastinya pengaturan tata nilai diberikanlah petunjuk yaitu Tri Angga adalah Utama Angga, Madya Angga dan Kanista Angga dan Tri Mandala yaitu Utama, Madya dan Kanista Mandala. Pembinaan hubungan dengan lingkungan. Dalam membina hubungan baik dengan lingkungan didasari ajaran Tat Twam Asi yang perwujudannya berbentuk Tri Kaya Parisudha Landasan Ritual Dalam mendirikan perumahan hendaknya selalu dilandaskan dengan upacara dan upakara agama yang mengandung makna mohon ijin, memastikan status tanah serta menyucikan, menjiwai, memohon perlindungan Ida Sang Hyang Widhi sehingga terjadilah keseimbangan antara kehidupan lahir dan batin. B. Konsepsi perwujudan Konsepsi perwujudan perumahan umat Hindu merupakan perwujudan landasan dan tata ruang, tata letak dan tata bangunan yang dapat dibagi dalam 1. Keseimbangan alam 2. Rwa Bhineda, Hulu- teben, Purusa- Pradhana 3. Tri Angga dan Tri Mandala. 4. Harmonisasi dengan lingkungan. 5. Keseimbangan Alam Wujud perumahan umat Hindu menunjukkan bentuk keseimbangan antara alam Dewa, alam manusia dan alam Bhuta lingkungan yang diwujudkan dalam satu perumahan terdapat tempat pemujaan tempat tinggal dan pekarangan dengan penunggun karangnya yang dikenal dengan istilah Tri Hita Karana. 6. Rwa Bhineda, Hulu Teben, Purusa Pradhana. Rwa Bhineda diwujudkan dalam bentuk hulu teben hilir. Yang dimaksud dengan hulu adalah arah/ terbit matahari, arah gunung dan arah jalan raya margi agung atau kombinasi dari padanya. Perwujudan purusa pradana adalah dalam bentuk penyediaan natar. sebagai ruang yang merupakan pertemuan antara Akasa dan Pertiwi. 7. Tri Angga dan Tri Mandala. Pekarangan Rumah Umat Hindu secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian Tri Mandala yaitu Utama Mandala untuk penempatan bangunan yang bernilai utama seperti tempat pemujaan. Madhyama Mandala untuk penempatan bangunan yang bernilai madya tempat tinggal penghuni dan Kanista Mandala untuk penempatan bangunan yang bernilai kanista misalnya kandang. Secara vertikal masing- masing bangunan dibagi menjadi 3 bagian Tri Angga yaitu Utama Angga adalah atap, Madhyama angga adalah badan bangunan yang terdiri dari tiang dan dinding, serta Kanista Angga adalah batur pondasi. 8. Harmonisasi dengan potensi lingkungan. Harmonisasi dengan lingkungan diwujudkan dengan memanfaatkan potensi setempat seperti bahan bangunan dan prinsip- prinsip bangunan Hindu. C. Pemilihan Tanah Pekarangan. 1. Tanah yang dipilih untuk lokasi membangun perumahan diusahakan tanah yang miring ke timur atau miring ke utara, pelemahan datar asah, pelemahan inang, pelemahan marubu lalahberbau pedas. 2. Tanah yang patut dihindari sebagai tanah lokasi membangun perumahan adalah karang karubuhan tumbak rurung/ jalan, karang sandang lawe pintu keluar berpapasan dengan persimpangan jalan, karang sulanyapi karang yang dilingkari oleh lorong jalan karang buta kabanda karang yang diapit lorong/ jalan, karang teledu nginyah karang tumbak tukad, karang gerah karang di hulu Kahyangan, karang tenget, karang buta salah wetu, karang boros wong dua pintu masuk berdampingan sama tinggi, karang suduk angga, karang manyeleking dan yang paling buruk adalah tanah yang berwarna hitam- legam, berbau “bengualid” busuk 3. Tanah- tanah yang tidak baik ala tersebut di atas, dapat difungsikan sebagai lokasi membangun perumahan jikalau disertai dengan upacara/ upakara agama yang ditentukan, serta dibuatkan palinggih yang dilengkapi dengan upacara/ upakara pamarisuda. 4. Perumahan Dengan Pekarangan Sempit, bertingkat dan Rumah Susun. Pekarangan Sempit. Dengan sempitnya pekarangan, penataan pekarangan sesuai dengan ketentuan Asta Bumi sulit dilakukan. Untuk itu jiwa konsepsi Tri Mandala sejauh mungkin hendaknya tercermin tempat pemujaan, bangunan perumahan, tempat pembuangan alam bhuta. Karena keterbatasan pekarangan tempat pemujaan diatur sesuai konsep tersebut di atas dengan membuat tempat pemujaan minimal Kemulan/ Rong Tiga atau Padma, Penunggun Karang dan Natar. Rumah Bertingkat. Untuk rumah bertingkat bila tidak memungkinkan membangun tempat pemujaan di hulu halaman bawah boleh membuat tempat pemujaan di bagian hulu lantai teratas. Rumah Susun. Untuk rumah Susun tinggi langit- langit setidak- tidaknya setinggi orang ditambah 12 jari. Tempat pemujaan berbentuk pelangkiran ditempatkan di bagian hulu ruangan. D. Dewasa Membangun Rumah. Dewasa Ngeruwak Wewaran Beteng, Soma, Buda, Wraspati, Sukra, Tulus, Dadi. Sasih Kasa, Ketiga, Kapat, Kedasa. Nasarin Watek Watu. Wewaran Beteng, soma, Budha, Wraspati, Sukra, was, tulus, dadi, Sasih Kasa, Katiga, Kapat, Kalima. Kanem. Nguwangun Wewaran Beteng, Soma, Budha, Wraspati, Sukra, tulus, dadi. Mengatapi Wewaran Beteng, was, soma, Budha, Wraspati, Sukra, tulus, dadi. Dewasa ala geni Rawana, Lebur awu, geni murub, dan lain- lainnya. Memakuh/ Melaspas Wewaran Beteng, soma, Budha. Wraspati, Sukra, tulus, dadi. Sasih Kasa, Katiga, Kapat, Kadasa. E. Upacara Membangun Rumah. Upacara Nyapuh sawah dan tegal. Apabila ada tanah sawah atau tegal dipakai untuk tempat tinggal. Jenis upakara paling kecil adalah tipat dampulan, sanggah cucuk, daksina l, ketupat kelanan, nasi ireng, mabe bawang jae. Setelah “Angrubah sawah” dilaksanakan asakap- sakap dengan upakara Sanggar Tutuan, suci asoroh genep, guling itik, sesayut pengambeyan, pengulapan, peras panyeneng, sodan penebasan, gelar sanga sega agung l, taluh 3, kelapa 3, benang + pipis. Upacara pangruwak bhuwana dan nyukat karang, nanem dasar wewangunan. Upakaranya ngeruwak bhuwana adalah sata/ ayam berumbun, penek sega manca warna. Upakara Nanem dasar pabeakaonan, isuh- isuh, tepung tawar, lis, prayascita, tepung bang, tumpeng bang, tumpeng gede, ayam panggang tetebus, canang geti- geti. Upakara Pemelaspas. Upakaranya jerimpen l dulang, tumpeng putih kuning, ikan ayam putih siungan, ikan ayam putih tulus, pengambeyan l, sesayut, prayascita, sesayut durmengala, ikan ati, ikan bawang jae, sesayut Sidhakarya, telur itik, ayam sudhamala, peras lis, uang 225 kepeng, jerimpen, daksina l, ketupat l kelan, canang 2 tanding dengan uang II kepeng. Oleh karena situasi dan kondisi di suatu tempat berbeda, maka upacara dan upakara tersebut di atas disesuaikan dengan kondisi setempat. Asta Kosala Kosali – Fengshui ala Bali Tanah dan tata letak rumah berpengruh terhadap kehidupan asta kosala kosali atau asta bumi bisa dijadikan bangunan arsitek bali yang bisa membuat penghuninya bisa nyaman dan bahagia. Menurut ida Pandita dukuh Samyaga,perkebangan arsitektur bangunan Bali,tak lepas dari peran beberapa tokoh sejarah bali Aga berikut zaman Majapahit. Tokoh Kebo Iwa dan Mpu Kuturan yang hidup pada abad ke 11,atau zaman pemerintahan Raja Anak wungsu di Bali banyak mewarisi landasan pembanguna arsitektur Bali. Danghyang Nirartha yang hidup pada zaman Raja Dalem Waturenggong setelah ekspidisi Gajah Mada ke Bali abad 14,juga ikut mewarnai khasanah arsitektur tersebut ditulis dalam lontar Asta Bhumi dan Asta kosala-kosali yang menganggap Bhagawan Wiswakarma sebagai dewa para arsitektur. Penjelasan dikatakan oleh Ida Pandita Dukuh jauh dikemukakan,Bhagawan Wiswakarma sebagai Dewa Arsitektur,sebetulnya merupakan tokoh dalam cerita Mahabharata yang dimintai bantuan oleh Krisna untuk membangun kerjaan kisah tersebut,hanya Wismakarma yang bersatu sebagai dewa kahyangan yang bisa menyulap laut menjadi sebuah kerajaan untuk secara turun-temurun oleh umat Hindu diangap sebagai dewa arsitektur. Karenanya,tiap bangunan di bali selalu disertai dengan upacara pemujaan terhadap Bhagawan demikian di lakukan mulai dari pemilihan lokasi,membuat dasar bagunan sampai bangunan ini bertujuan minta restu kepada Bhagawan Wiswakarma agar bangunan itu hidup dan memancarkan vibrasi positif bagi kepercayaan masyarakat Hindu Bali,bangunan memiliki jiwa bhuana agung alam makrokosmos sedangkan manusia yang menepati bangunan adalah bagian dari buana alit mikrokosmos. Antara manusia mikrokosmos dan bangunan yang ditempati harus harmonis,agar bisa mendapatkan keseimbangan anatara kedua alam itu,mebuat bagunan harus sesuai dengan tatacara yang ditulis dalam sastra Asta Bhumi dan Atas Kosala-kosali sebagai fengsui Hindu Bali. Tanah Membuat rumah yang dapt mendatangkan keberuntungan bagi penghuninya,bagi rohaniwan dari Banjar Semaga,Desa Penatih,Denpasar ini harus diawali dengan pemilihan lokasi tanah yang yang bagus dijadikan bagunan adalah tanah yang posisinya lebih rendah miring ke timur sebelum direklamasi. Namun di luar lahan bukan milik kita,posisinya lebih juga tanah bagian utaranya juga harus lebih tanah di pinggir jalan,usahakan posisinya tanah dipeluk baik bila ada air di arah selatan tetapi bukan dari sungai yang mengalir harus berjalan pelan,tetapi posisi sungai juga harus memeluk tanah ,bukan sebaliknya menebas lokasi air yang lambat membuat Dewa air sebagai pembawa kesuburan dan rejeki banyak terserap dalam deras. Selain letak tanah,tekstur tanah juga harus dipastikan memiliki kualitas berwarna kemerahan dan tidak berbau termasuk jenis tanah yang bagus untuk tempat menguji tekstur tanah,cobalah genggam tanah setelah lepas dari genggaman tanah itu terurai lagi,berarti kualitas tanah tersebut cocok dipilih untuk lokasi lain untuk menguji tekstur tanah yang baik adalah dengan cara melubangi tanah tersebut sedalam 40 Cm lubang itu diurug ditimbun lagi dengan tanah galian tadi. Jika lubang penuh atau kalau bisa ada sisa oleh tanah urugan itu, berati tanah itu bagus untuk jika tanah untuk menutup lubang tidak bisa memenuhi jumlahnya kurang berati tanah tersebut tidak bagus dan tidak cocok untuk rumah karena tergolong tanah lebih baik memilih tanah yang terletak di utara jalan karena lebih mudah untuk melakukan penataan bangunan menurut konsep Asta membuat pintu masuk rumah,letak bangunan,dan tempat suci keluarga merajan/sanggah.Lokasi seperti ini memungkinkan untuk menangkap sinar baik untuk letak pintu masuk yang sesuai,akan memudahkan menangkap Dewa Air mendatangkan rejeki. Kurang Bagus Jangan membangun rumah di bekas tempat-tempat umum seperti bekas balai banjar balai masyarakat, bekas pura tempat suci, tanah bekas tempat upacara ngaben massalpengorong/peyadnyanbekas gria tempat tinggal pedande/pendeta dan tanah bekas pula untuk tidak memilih lokasi tanahbersudut tiga atau lebih dari bersudut di puncak ketinggian,di bawah tebing atau jalan juga kurang bagus untuk rumah karena membuat rejeki seret dan penghuninya akan sakit – juga tanah yang terletak di pertigaan atau di perempatan jalan simpang jalan tidak bagus untuk tempat tinggal tetapi cocok untuk tempat jenis ini termasuk tanah angker karena merupakan tempat hunian Sang Hyang Durga Maya dan Sang Hyang Indra Balaka. Tata Letak Bangunan Setelah direklamasi ditata diusahkan bangunan yang terletak di timur,lantainya lebih tinggi sebab munurut masyarakat bali selatan umumnya,bagian timur dianggap sebagai hulukepalayang menurut fungsui,posisi bangunan seperti itu memberi efek matahari tidak terlalu kencang,dan air tidak sampai ke bagian yang cocok untuk ditempatkan diareal itu adalah tempat suci keluarga yg disebut merajan atau diletakan di arah barat barat daya dihitung dari tempat yang di anggap sebagai hulu tempat suci atau di sebelah kiri pintu masuk areal rumah, karena menurut konsep lontar Asta Bumi,tempat ini sebagai letak Dewa Api. Sumur dan lumbung tempat penyimpanan padi sedapat mungkin diletakan di sebelah timur atau utara di sebelah kanan pintu gerbang masuk rumah karena melihat posisi Dewa Air. Bangunan balai Bandung tempat tidur diletakan diarah utara,sedangkan balai adat atau balai gede ditempatkan disebelah timur dapur dan diselatan balai penunjang lainnya diletakkan di sebelah selatan balai adat. Pintu Masuk Selain menemukan posisinya yang tepat untuk menangkap dewa air sebagai sumber rejeki ukuran pintu masuk juga harus diatur. Jika membuat pintu masuk lebih dari satu,lebar pintu masuk utama dan lainya tidak boleh tinggi lantainya juga tidak boleh sama. Lantai pintu masuk utama dibali berbentuk gapura/angkul – angkul harus dibuat lebih tinggi dari pintu masuk mobil menuju dibuat sama akan memberi efek kurang menguntungkan bagi penghuninya bisa boros atau sangat bagus bila di sebelah kiri sebelah timur jika rumah mengadap selatan diatur jambangan air pot air yang disi ikan. Ini sebagai pengundang Dewa Bumi untuk memberi kesuburan seisi menempatkan benda – benda runcing dan tajam yang mengarah ke pintu masuk rumah seperti penempatan meriam kuno,tiang bendera,listrik dan tiang telepon atau tataman yang berbatang tinggi seperti pohon palm,karena membuat penghuninya sakit sakitan akibat dan tempat pembungan kotoran sedapat mungkin di buat di posisi hilir dan lebih rendah dari pintu menempatkan kolam di pekarangan rumah hendaknya dibuat di atas permukaan tanahbukan lobang.Kolam di buat di sebelah kanan pintu masuk dengan posisi memelu rumah,bukan keberadaan kolam yang tidak sesuai akan mempengaruhi kesehatan penghuni rumah. umahbali
AstaKosala Kosali merupakan sebuah cara penataan lahan untuk tempat tinggal dan bangunan suci. penataan Bangunan yang dimana di dasarkan oleh anatomi tubuh yang punya. Pengukurannya pun lebih menggunakan ukuran dari Tubuh yang empunya rumah. Mereka tidak menggunakan meter tetapi menggunakan seperti: Dalampembuatan rumah adat Bali, Asta Kosala Kosali disebutkan juga merupakan sebuah cara penataan lahan untuk tempat tinggal dan bangunan suci dalam rumah tradisional Bali, yang penataan bangunannya di dasarkan atas anatomi tubuh yang punya rumah. Pengukurannya pun lebih menggunakan ukuran dari Tubuh yang empunya rumah.

Sedangkan untuk dapur terletak di arah barat daya dihitung dari sebelah kiri pintu masuk area rumah, karena menurut konsep Asta Kosala Kosali, tempat ini sebagai letak Dewa Api. Selain itu, hal unik yang perlu diketahui dari tradisi Asta Kosala Kosali ini adalah tentang sebuah arsitektur bangunan sebaiknya tidak melebihi tinggi pohon kelapa

Tanahdan tata letak rumah berpengruh terhadap kehidupan penghuninya. Lontar Asta Kosala Kosali atau Asta Bumi bisa dijadikan acuan. Bagaimanakah bangunan arsitek bali yang bisa membuat penghuninya bisa nyaman dan bahagia. Menurut ida Pandita dukuh Samyaga,perkebangan arsitektur bangunan Bali,tak lepas dari peran beberapa tokoh sejarah bali Aga aast9q1.
  • yyhb4jsvwu.pages.dev/346
  • yyhb4jsvwu.pages.dev/251
  • yyhb4jsvwu.pages.dev/120
  • yyhb4jsvwu.pages.dev/392
  • yyhb4jsvwu.pages.dev/75
  • yyhb4jsvwu.pages.dev/357
  • yyhb4jsvwu.pages.dev/129
  • yyhb4jsvwu.pages.dev/223
  • yyhb4jsvwu.pages.dev/192
  • asta kosala kosali pintu rumah