Dulukeluargaku sempat memelihara hewan, seekor anjing kampung keturunan. Sakin dekatnya kami sama dia, ketika akhirnya mati meninggalkan luka mendalam sampai keluargaku tidak lagi berani memeliha anjing. Masih terbayang sakitnya ditinggalkan hewan kesayangan yang sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Rasa-rasanya, aku bagai kehilangan
- Tren memelihara satwa liar di kalangan masyarakat bermunculan belakangan ini. Mereka yang memelihara satwa liar kebanyakan adalah tokoh masyarakat seperti influencer dan pejabat publik. Padahal, kedekatan mereka, bisa berbahaya bagi manusia dan mereka sendiri, apalagi jika dikelola dengan cara yang kurang tepat. Risiko dari kedekatan manusia dengan satwa liar adalah penularan virus zoonosis. Di alam liar, satwa memiliki virusnya masing-masing, jika jarak kehidupannya dengan manusia, penularan ke manusia sangat tinggi. Belum lagi, mungkin virus yang kita miliki juga bisa terpapar pada mereka. "Masalahnya, orang-orang ini punya pengaruh yang nantinya menjadi contoh," kata peneliti alumni Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia Rheza Maulana. Dia menerangkan pendapatnya dalam program rutin National Geographic Indonesia Bincang Redaksi-54 bertajuk Salah Kaprah Kita dengan Konservasi Satwa pada 29 September 2022. "Orang Indonesia itu FOMO fear of missing out," tambah Nur Purba Priambada, supervisor animal management Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia YIARI lewat forum yang sama. "Kita lihat kalau awal-awal pandemi itu kita latah bersepeda, kita ikutan keluar bersepeda alih-alih diam di rumah saja." Satwa liar terancam karena habitatnya menipis. Mereka berpindah untuk beradaptasi dari kepunahan mereka karena alih fungsi lahan, perburuan, pembakaran dan penebangan hutan, dan krisis iklim. Berbagai penelitian menjelaskan, fenomena ini membawa manusia pada pandemi seperti yang dialami lewat COVID-19, virus nipah, dan cacar monyet. Fenomena pemeliharaan satwa liar ini jadi sorotan bagi Rheza terkait kedekatannya dengan manusia. Dia mempublikasikan penelitiannya di Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan pada 31 Agustus 2022. Makalahnya berjudul "Paradoks kepemilikan satwa liar, di tengah pandemi penyakit yang ditularkan oleh satwa liar." Dalam temuannya, tren pemeliharaan satwa liar, khususnya monyet peliharaan, berdasarkan konten di media sosial bermunculan sejak 2020. Awalnya, konten hewan sekadar hewan peliharaan, kemudian berkembang pada jenis satwa liar dan penjualannya. "Memelihara satwa liar itu bertentangan dengan kesejahteraan satwa serta berpotensi menyebarkan penyakit zoonosis. Memelihara satwa liar itu problematik," kata Purba yang merupakan dokter hewan. "Satwa liar. Jadi mereka adalah makhluk hidup yang bukan manusia dan tidak jinak. Ini memiliki hubungan dengan beberapa spesies lain dan hidup liar di daerah tanpa manusia, jadi ini ditekankan dulu," terang Rheza. Baca Juga Dunia Hewan Tak Semua Satwa Liar Pulih selama Kuncitara COVID-19 Baca Juga Dunia Akan Hadapi Kepunahan Masal Hewan di 2050, Ada Gajah Sumatra Baca Juga Keadilan untuk Orangutan Hukuman Selalu Ringan dan Kehilangan Habitat Baca Juga Eksploitasi Perdagangan Satwa Sebabkan Populasi Poksai Mantel Langka Misal, monyet berfungsi untuk kelanjutan ekosistem. Dia suka memakan buah, kemudian berpindah tempat dan membuang biji buah. Pada akhirnya biji yang dibuang menjadi pohon baru, dan menjadi tempat bernaungnya burung liar. "Satwa liar itu tidak sama dengan hewan peliharaan. Hewan peliharaan atau hewan domestik adalah satwa liar yang telah beradaptasi hidup berdampingan dengan manusia selama puluhan ribu tahun," lanjutnya. "Hal tersebut membuatnya terjadi perubahan genetik, baik sifat maupun fisik. Maka dapat mendampingi manusia sebagai peliharaan, sumber makanan, atau hewan pekerja." National Geographic Indonesia Bincang Redaksi-54 Salah Kaprah Kita dengan Konservasi Satwa dengan mengundang Rheza Maulana dan Nur Purba Priambada. Perbincangan diselenggarakan pada Kamis, 29 September 2022. Semua hewan peliharaan, seperti kucing dan anjing, punya cerita bagaimana mereka bisa berdampingan dengan kita. Akan tetapi, jika kita berandai-andai jauh di masa depan dengan satwa liar dipelihara terus-menerus, akan ada ketidakseimbangan ekosistem liar. Semua spesies yang harusnya membantu alam bekerja, pada akhirnya mengalami perubahan sifat dan fisik yang lebih patuh dengan manusia. "Lagi pula buat apa pelihara-pelihara satwa liar? Toh, itu bukan kebutuhan pokok. Kalian tidak akan mati kalau tidak pelihara. Bukan kebutuhan dari sandang, pangan, papan," Rheza berpendapat. Dalam forum itu, saya bercanda, "mungkin sekarang kebutuhan kita berubah jadi sandang, pangan, papan, dan yang baru eksis flexing." Kami bertiga tertawa. Beberapa tokoh masyarakat yang punya pengaruh di media sosial selalu berdalih bahwa peliharaan mereka legal secara hukum. Namun, masalah pemeliharaan satwa liar bukan hanya sekadar antara legal atau tidaknya, tetapi juga pada perawatan dan konservasinya. Kalangan yang mengaku pencinta hewan dengan memelihara satwa liar dan menjadikannya konten mengatakan tindakannya sebagai edukasi. Sayangnya, ada beberapa hal yang kurang diperhatikan dalam memberikan perlakuan terhadap satwa liar yang dipelihara. "Basic pilar konservasi itu ada 3P, perlindungan, pengawetan, terakhir pemanfaatan," terang Purba. Perlindungan adalah bagaimana konservasi melindungi satwa di alam beserta alamnya. Kemudian pengawetan merupakan usaha agar satwa liar bisa hidup lebih lama, terjaga kesehatannya dari paparan penyakit, atau bagaimana mereka bisa bereproduksi. Setelah itu, ada pemanfaatan, di mana pihak yang memiliki satwa liar bisa memanfaatkannya untuk edukasi atau dirawat. "Tapi yang terjadi ke sininya, justru kalau dilihat bagaimana orang bisa memelihara satwa liar lebih ke pemanfaatan," kata Purba. Enrique Lopez-Tapia Kera ekor panjang Macaca fascicularis di Taman Nasional Gunung Leuser. Satwa liar punya hak untuk bisa hidup dan berperilaku sebagaimana mestinya di alam liar. Pemeliharaan mereka di ruang yang sempit, fasilitas tidak memadai, dan membuatnya tidak sejahtera, adalah kejahatan konservasi. Tokoh-tokoh yang memiliki satwa liar cenderung memanfaatkan mereka sebagai peliharaan dan tontonan publik dengan dalih mengedukasi. "Sementara kondisi di alamnya bermasalah, bahkan jadi justifikasi 'ini alam sudah tidak ramah, tidak aman buat si hewan jadi harus di rumah,' terus orang ikut-ikutan memelihara satwa liar," tambahnya. Padahal prinsipnya, konservasi harus fokus terlebih dahulu pada sektor perlindungan dan diikuti oleh pengawetan. Ketika populasi sudah aman, stabil, bahkan berlebih, baru bisa lanjut ke pemanfaatan. Baca Juga Cula Badak Sering Dipotong untuk Konservasi, Apakah Berbahaya? Baca Juga Mengapa Ada Begitu Banyak Keanekaragaman Hayati di Daerah Tropis? Baca Juga Lebih Banyak Spesies Terancam Punah dari yang Diperkirakan Sebelumnya Di bidang ilmiah, satwa liar dipahami juga terkait psikologisnya, atau biasa disebut dengan zoochosis. Setiap spesies, punya zoochosis berbeda untuk dirawat. Itu sebabnya, butuh keahlian yang mendalam untuk merawat mereka, apalagi jika yang dipelihara lebih dari satu spesies. Selain keahlian, pihak yang hendak merawat satwa liar harus memiliki fasilitas yang mumpuni. Misal, jika Anda hendak merawat harimau, Anda memerlukan sangkar yang sangat besar. Ukurannya harus bisa membuat harimau meluapkan kebiasaan alam liarnya. Atau jika Anda hendak merawat burung, sangkar yang digantung tidak cukup, perlu ada sangkar lebar yang bahkan ditumbuhi beberapa pohon di dalamnya. BIG/ArchDaily Kebun binatang 'Zootopia' di Denmark. Gagasan kebun binatang yang berfokus pada aktivitas satwa daripada manusia demi kelestariannya. Dalam penelitian lain, Rheza bahkan membuat desain ramah konservasi satwa liar untuk kebun binatang. Makalahnya dipublikasikan di IOP Conference Series Earth and Environmental Science pada Desember 2018. Konsepnya adalah agar kebun binatang tidak lagi berfokus pada pengunjung manusia, tetapi pada satwa agar bisa bergerak lebih luas. Konsep kebun binatang yang berfokus pada satwa liar daripada manusia sebenarnya sudah dikembangkan di beberapa negara Eropa. Rheza mencoba membuat desain untuk di Indonesia yang lebih kaya kehidupan hayatinya. Dalam perlindungan atau penyelamatan dan pengawetan, pihak swasta sudah diatur menjadi instrumen konservasi umum seperti kebun binatang. Pihak lainnya seperti taman margasatwa, kebun raya, dan museum zoologi. Instrumen lainnya adalah konservasi khusus, bertujuan untuk penyelamatan satwa. Contohnya seperti pusat rehabilitasi satwa, pusat konservasi khusus, pusat pelatihan gajah. Pada konservasi umum, mereka memiliki hak khusus untuk peragaan dan edukasi. Akan tetapi, kerap terjadi bahwa hewan di kebun binatang dimanfaatkan dengan tidak wajar. Misalnya harimau yang tenang agar pengunjung bisa berfoto, atau latihan kasar hewan untuk sirkus. Maka dari itu, pihak konservasi umum juga harus memedulikan etika dan kesejahteraan hewan. Selama ini, satwa liar bisa dirawat oleh masyarakat karena alasan agar menghindari perburuan satwa liar dan pasar satwa gelap. Itu sebabnya beberapa pihak yang memelihara satwa liar berani mengakui bahwa izin kepemilikannya legal. Namun, lagi-lagi pemeliharaan satwa liar tidak bisa sembarang orang, terutama awam yang tidak memahami ilmiahnya. Rheza dan Purba memandang bahwa peraturan konservasi di Indonesia sebagai dasar sudah cukup mantap. Masalahnya, pemahaman dan penerapan peraturannya sering diakali, sehingga butuh adanya pembaruan dari regulasi yang sudah ada. Peraturan konservasi mungkin bisa ditegaskan bagaimana sebaiknya pemanfaatan dilaksanakan. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
TigaAlasan Raja-raja Tidak Senang Anjing. Selain karena faktor najis dalam ajaran Islam, setidaknya ada tiga alasan yang menjadi alasan raja-raja Arab tidak menyenangi atau memelihara anjing, sebagaimana tulisan Ahmad Umar dalam Pertama, anjing bukanlah bagian dari tradisi umat Islam, dan yang melemahkan pandangan ini
“Hewan yang sulit dipelihara tidak hanya harus dihindari, tetapi juga bisa menyulitkan. Bukannya menjadi teman, beberapa jenis hewan ini justru bisa membuat masalah baru. Karena itu, penting untuk mengetahui jenis hewan yang akan dipelihara dan sesuaikan dengan kebutuhan.” Halodoc, Jakarta – Ada hewan yang sulit dipelihara, bahkan beberapa di antaranya tidak boleh dipelihara. Memelihara hewan buas, misalnya. Selain sulit, hal ini nyatanya hanya akan menyusahkan diri sendiri. Pada dasarnya, memelihara hewan dilakukan untuk menjadi “teman” dan beberapa di antaranya juga disebut baik untuk menjaga kesehatan mental. Maka dari itu, memilih jenis hewan yang tepat adalah hal yang perlu dilakukan sehingga manfaat dari memelihara hewan bisa didapat. Beberapa jenis hewan mungkin memiliki kebutuhan yang tidak biasa, seperti kandang yang besar atau kolam khusus yang membuat pemilik hewan mungkin merasa kesulitan. Mengetahui Jenis Hewan yang Sulit Dipelihara Ada beberapa jenis hewan yang sulit dipelihara. Banyak faktor yang bisa menjadi penyebabnya, mulai dari perawatan yang dibutuhkan sulit, risiko penularan penyakit, hingga kebiasaan dan tingkah hewan yang bisa mengganggu ketenangan hidup. Berikut ini beberapa jenis hewan yang sulit dipelihara Capybara Jenis hewan ini sulit untuk dipelihara, bahkan tidak disarankan sebagai hewan peliharaan. Capybara membutuhkan kolam khusus atau tempat air untuk dapat bertahan hidup. Maka dari itu, memelihara hewan ini mungkin membutuhkan pertimbangan lebih matang, terutama menimbang untung, rugi, serta kerepotan yang mungkin ditimbulkan. Primata Hewan yang sulit dipelihara selanjutnya adalah primata. Jenis hewan ini memiliki banyak kebutuhan khusus. Selain itu, banyak dari jenis primata adalah hewan dilindungi, sehingga memeliharanya di rumah bukanlah pilihan yang bijak. Big Cats Hewan dari kelompok big cats, misalnya singa juga tidak dianjurkan untuk dipelihara di rumah. Memelihara hewan ini mungkin membutuhkan nyali yang besar, mengingat singa adalah hewan buas yang biasa hidup di alam. Ukuran tubuhnya yang besar juga bisa menyulitkan dan membutuhkan banyak tempat di rumah. Buaya Memelihara buaya nyatanya bukanlah hal yang lazim dilakukan. Sebab, jenis hewan ini bisa menyusahkan. Buaya membutuhkan tempat tinggal khusus, sehingga tidak membahayakan lingkungan sekitar. Memelihara buaya juga berarti membutuhkan banyak air, serta makanan yang dikonsumsi hewan ini tidaklah murah. Terdengar merepotkan bukan? Kelelawar Hewan selanjutnya yang sulit dipelihara adalah kelelawar. Pikirkan lagi jika kamu memiliki niat untuk memelihara hewan ini di rumah, sebab kelelawar bisa menularkan penyakit ke manusia. Beberapa jenis penyakit yang ditularkan oleh hewan ini bahkan bisa membahayakan. Namun kembali lagi, setiap orang memiliki hak untuk memilih hewan peliharaan yang diinginkan. Dengan perawatan dan pengetahuan yang baik, memelihara hewan bukanlah hal yang sulit dilakukan. Kalau hewan peliharaan sakit, sebaiknya segera hubungi klinik hewan terdekat. Bisa juga menggunakan aplikasi Halodoc untuk berbicara dengan dokter hewan segera. Sampaikan gejala yang dialami peliharaan dan dapatkan rekomendasi terbaik dari ahlinya. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang di App Store atau Google Play! Referensi Pet Helpful. Diakses pada 2021. The Top 5 Worst Pets. The Spruce Pets. Diakses pada 2021. 10 Worst Animals to Keep as Pets.
Artinya "Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di Bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu " [QS. al-An'am (6): 38] Islam mengajarkan bahwa berbuat baik dan lemah lembuh harus dilakukan kepada siapa saja, termasuk juga kepada binatang.
JAKARTA, - Memelihara dan merawat hewan peliharaan di rumah seperti kucing, anjing, ikan hias, dan lain sebagainya mungkin jadi suatu hal yang menyenangkan bagi setiap pemilik hewan peliharaan. Selain itu, memiliki hewan peliharaan juga mampu untuk mengusir rasa kesepian bagi seseorang, sekaligus bagian dari keluarga atau sahabat sejati di tahukah kamu kalau masih banyak segudang manfaat yang ada dalam kegiatan memelihara hewan peliharaan di rumah? Baca juga Studi Buktikan, Ini 7 Manfaat Memelihara Kucing Dilansir dari beberapa sumber, Senin 14/12/2020, ada banyak manfaat kesehatan saat memiliki hewan peliharaan, khususnya anjing atau kucing yang dapat meningkatkan kesempatan untuk berolahraga, keluar rumah dan bersosialisasi. Berjalan atau bermain secara teratur dengan hewan peliharaan yang bisa diajak bermain dapat menurunkan tekanan darah, kadar kolesterol, dan trigliserida. Hewan peliharaan dapat membantu mengelola kesepian dan depresi dengan memberi pemiliknya rasa persahabatan yang terikat dalam. Penelitian telah menunjukkan bahwa ikatan antara manusia dan hewan peliharaan dapat meningkatkan kebugaran, menurunkan stres, dan membawa kebahagiaan bagi pemiliknya. Baca juga Panduan agar Kamu Tetap Sehat Saat Ada Hewan Peliharaan di Rumah Beberapa manfaat kesehatan lain dari memiliki hewan peliharaan mampu membuat perasaan kesepian berkurang dan meningkatnya kesempatan untuk berolahraga dan aktivitas luar ruangan serta sosialisasi. Dalam sebuah penelitian, Harold Herzog, yang merupakan seorang psikolog dan profesor pecinta hewan peliharaan di Western Carolina University mengungkapkan sebagian manfaat kesehatan yang jelas dalam memelihara hewan peliharaan. "Tingkat kelangsungan hidup lebih tinggi, lebih sedikit serangan jantung dan kesepian, tekanan darah dan kesejahteraan psikologis jadi lebih baik, tingkat depresi dan stres lebih rendah, lebih sedikit kunjungan dokter, peningkatan harga diri, tidur yang lebih baik dan lebih banyak aktivitas fisik," jelas Herzog. Hewan peliharaan memberikan dukungan sosial Hewan peliharaan memberikan dukungan sosial dengan menjadi teman terbaik pemiliknya. Banyak orang merasa bahwa mereka dapat berhubungan dengan hewan peliharaan mereka, dan bahkan memiliki kepribadian yang mirip. SHUTTERSTOCK/SUSAN SCHMITZ Ilustrasi kucing di dalam kandang, kandang kucing. Misalnya, orang yang lebih aktif mungkin mengadopsi anjing yang energik, dan ikatan di antara mereka seringkali cukup kuat. Hewan peliharaan juga memberikan dukungan sosial dengan membantu pemiliknya bertemu teman baru. Misalnya, membicarakan hewan peliharaan bisa menjadi pembuka percakapan sekaligus berbagi pengalaman yang baik saat bertemu dengan tetangga, teman sekelas, atau rekan kerja peliharaan menawarkan cinta tanpa syarat Jika memiliki hewan peliharaan, setiap pemiliknya akan tahu apa itu cinta sejati. Jika dirawat dengan baik, maka hewan peliharaan bisa peduli pada pemiliknya, dan pemiliknya akan selalu berarti bagi mereka. Baca juga 8 Tips Penting Memelihara Kucing untuk Pertama Kali Meskipun seseorang merasa tidak stabil dalam hubungan antarmanusia, kamu tidak perlu mempertanyakan keamanan hubunganmu dengan hewan peliharaan. Meskipun kamu memiliki hewan peliharaan yang lebih tenang seperti ikan hias atau burung, kamu dapat yakin bahwa mereka mencintaimu seperti halnya anjing atau kucing yang suka dielus. Mereka mungkin menunjukkannya dengan cara yang berbeda, tetapi itu tidak membuatnya kurang nyata. Hewan peliharaan juga merupakan contoh bagaimana mencintai dengan lebih baik. Manfaat memelihara hewan peliharaan di rumah bagi anak-anak Ada beberapa manfaat yang didapatkan dengan memelihara hewan untuk anak-anak, antara lain Membantu anak belajar Sudah banyak para pendidik anak mengetahui bahwa memiliki anjing peliharaan dapat sangat membantu perkembangan belajar dari anak berkebutuhan khusus. Anak-anak juga paling santai saat berada di sekitar hewan, bukan manusia. Baca juga Musim Hujan, Ini Cara Merawat Anjing dan Kucing agar Tetap Sehat Mengajarkan anak akan rasa tanggung jawab dan kasih sayang Dengan secara langsung dalam mengurus peliharaannya, anak akan menyadari bahwa hewan peliharaan, sama seperti manusia. Di mana hewan peliharaan juga membutuhkan makanan, tempat tinggal, olahraga, dan cinta. Ini kemudian mengajarkannya pelajaran berharga tentang empati dan kasih sayang. Membuat anak lebih percaya diri Anak-anak yang memiliki hewan peliharaan di rumah memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan anak tersebut memiliki makhluk berkaki empat atau berkaki dua untuk dicintai dan yang balik mencintai mereka apa adanya. Selain itu, menganggap hewan peliharaan sebagai seorang teman curhat yang tidak pernah menghakimi sekaligus teman bermain ketika tidak ada orang lain di sekitar. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Jawaban Ada. Saya orangnya. Anak bulu saya, Mayo, dalam kurun waktu sebulan terakhir telah menjadi penghuni kedua kamar kost saya. Selama itu pula, Mayo belum pernah saya izinkan keluar kamar, kecuali dalam 2 kesempatan: 1. Saat belyo di grooming di balkon. Mau tidak mau harus keluar kamar buk
Di seantero Amerika, hewan liar dijadikan peliharaan dan hidup bersama pemiliknya; di halaman belakang, garasi, ruang keluarga, bahkan hingga tempat tidur, rubanah, dan kamar mandi. Di Amerika, diyakini bahwa ada lebih banyak hewan eksotis yang hidup di rumah penduduk daripada yang ada di kebun binatang. Bisnis hewan peliharaan eksotis merupakan industri menggiurkan yang dikecam baik oleh pendukung kesejahteraan hewan maupun oleh pelestari margasatwa. Menurut mereka perbuatan membawa satwa liar hasil penangkaran ke pemukiman tidak hanya berbahaya, tetapi juga kejam dan harus dianggap sebagai kejahatan. Namun masalah ini masih tidak sehitam putih itu. Sekurangnya tidak bagi Leslie-Ann Rush, pelatih kuda yang tinggal di peternakan seluas tiga hektare di luar Orlando, Florida, tempat angin bergemeresik menggoyang daun palem. Rush, 57, yang berwajah ramah dan berambut pirang, membiakkan dan melatih kuda gipsi yang ditempatkannya dalam istal di belakang kebun binatang kecilnya, kandang kawat yang ditempati tiga kanguru jantan, empat lemur, seekor kijang dari Asia, seekor babi buncit, seekor kinkajou mirip-rakun yang dinamai Kiwi, dan seekor anjing bernama Dozer. Lemur berlompatan dengan bebas, kanguru tidur miring, babi mungil sibuk menyungkur tanah, sang kijang sibuk mengatur letak tanduk di atas kepalanya. Rush berjalan di antara hewan peliharaan eksotisnya dengan santai dan ceria sambil membawa sereal untuk lemur. Keempat lemur itu menjulurkan tangannya yang mirip tangan manusia ke dalam kotak dan mengambil segenggam sereal Cheerios. Cara makannya hampir terbilang sopan, satu demi satu dimakan perlahan sementara air liur keluar di sudut mulutnya. Rush memiliki satu lemur ekor cincin, Liam; dua lemur kerah merah, Lolli dan Poppi; serta seekor lemur cokelat bernama Charlie. Banyak spesies lemur yang sudah terancam punah, terutama lemur kerah merah yang kini berstatus kritis di alam liar. !break! Rush berpendapat bahwa dengan merawat hewan hasil penangkaran dia ikut menyelamatkan lemur, dan komitmennya yang sangat kuat terhadap peliharaan yang disayanginya menyita waktunya siang dan malam. Saat malam tiba, dia meninggalkan kandang kawat tersebut dan kembali ke rumah sambil membawa lemur favoritnya; lemur itu tidur seranjang, melingkar di atas bantal di samping kepalanya. Karena kanguru biasanya aktif saat fajar dan senja, hewan itu terlihat malas di siang hari, binatang berwarna cokelat kelabu itu berbaring miring mandi cahaya matahari, ekornya yang tebal tergeletak di tanah kering. Namun, saat malam tiba hewan itu berloncatan dengan kaki belakangnya dan menempelkan mukanya ke jendela kaca yang besar, menatap Rush di dalam rumahnya Biarkan saya masuk, tampaknya demikian pintanya. Rush tidak mengizinkan kanguru masuk, kecuali saat hewan itu masih bayi. "Saya memiliki berbagai spesies hewan yang menakjubkan, dari berbagai benua, dan hebatnya, semua hidup rukun," katanya, sambil mementang tangannya, menunjuk kumpulan binatang aneka warna yang sedang berjemur, tidur, dan makan itu. Dia memfilmkan dan memajang video hewan yang sedang bermain di YouTube, lemur melompati kanguru, yang lalu berdiri, berputar, dan mengejar primata itu mengelilingi halaman. Meskipun sesekali ada laporan kanguru liar menyerang manusia di Australia, hewan peliharaan Rush sama sekali tidak terlihat agresif. Hal ini sebagian mungkin karena kanguru secara alami mengantuk pada siang hari, dan juga mungkin karena kanguru Rush tidak benar-benar liar Hewan ini lahir di penangkaran; dua di antaranya telah dikebiri; kanguru ini juga terbiasa dengan kehadiran manusia. Setiap bayi kanguru yang dibesarkan Rush diberi popok dan minum susu botol, dan Rush selalu mengelus bulunya yang halus, membiasakan hewan tersebut dengan sentuhan manusia. Tiket masuk sekitar 400 ribu rupiah yang dikenakan Rush bagi pengunjung tempat yang disebutnya Pengalaman Hewan Eksotis itu membantu meringankan biaya perawatan hewan peliharaannya. Beberapa pemilik hewan eksotis menghabiskan puluhan juta rupiah per tahun untuk membeli daging segar, untuk karnivora yang makan daging mentah setiap hari, untuk primata—omnivora dengan kebutuhan diet yang kompleks—serta untuk ular, yang makan tikus, tikus, dan tikus. Dalam kasus Rush, kangurunya makan biji-bijian dalam jumlah besar, sementara lemur menyantap setumpuk buah dan sayuran. Rush sendiri tidak banyak pengeluaran lain, sebagian besar uangnya digelontorkan untuk mengumpani peliharaannya. Demikian pula dengan waktunya. Dia mencurahkan banyak sekali waktu untuk merawat hewan eksotisnya. "Kawanan ini perlu perhatian 24/7," katanya, dan kemudian tambahnya, "tapi mereka keluarga saya. Mereka membutuhkan saya. Saya tidak bisa menjelaskan kepada Anda bagaimana rasanya. Saya bangun setiap pagi lalu datang kemari, dan semua hewan ini bergegas menyambut. Saya merasa dicintai, dan itu sangat menyenangkan. "Keluarga saya," ulangnya, dan mendung melintas di wajahnya. !break! "Sepanjang hidup ini," katanya, "saya sering dikecewakan manusia. Hewan-hewan ini tidak pernah menyakiti saya." Kepemilikan binatang eksotis oleh pribadi saat ini diizinkan di beberapa negara bagian di Amerika dan pada dasarnya tidak ada batasan Orang harus mendapat izin untuk memelihara anjing, tetapi semua orang boleh membeli singa atau babun dan menjadikannya peliharaan. Bahkan di negara bagian yang melarang kepemilikan hewan peliharaan eksotis, "peraturan itu tetap dilanggar," kata Adam Roberts dari Born Free USA, yang mencatat kematian dan cedera terkait dengan kepemilikan hewan peliharaan eksotis Di Texas anak usia empat tahun diserang puma peliharaan bibinya, di Connecticut wajah seorang wanita usia 55 rusak permanen akibat simpanse milik temannya yang dipelihara sejak bayi, di Ohio seorang pria 80 tahun diserang oleh kanguru seberat 90 kilogram, di Nebraska seorang pria 34 tahun dibelit ular peliharaannya sampai mati. Dan daftar itu belum mencakup orang yang mengidap penyakit zoonosis. Istilah hewan peliharaan eksotis tidak memiliki definisi pasti; istilah tersebut dapat berarti satwa liar yang dipelihara di rumah—atau sekadar hewan peliharaan yang tidak seumum anjing atau kucing. Kurangnya pengawasan dan peraturan menyebabkan sulit untuk memastikan jumlah hewan peliharaan eksotis yang ada. "Jawaban singkatnya, terlalu banyak," kata Patty Finch dari Global Federation of Animal Sanctuaries. Diperkirakan bahwa harimau peliharaan saja berjumlah lebih dari ekor—kebanyakan justru tidak berada di kebun binatang terakreditasi, melainkan menjadi milik pribadi. Dan sekalipun kebanyakan pemilik merawat hewan peliharaan eksotisnya dengan baik dan merogoh kantong dalam-dalam, ada pula yang mengurung hewan peliharaan mereka dalam kandang sempit dan kondisi yang buruk. Impor komersial spesies langka ke Amerika Serikat mulai dibatasi sejak awal 1970-an. Kebanyakan hewan besar eksotis yang menjadi koleksi pribadi—singa dan harimau, monyet dan beruang—berasal dari penangkaran. Saat ini kita dapat menemukan zebra, unta, puma, dan monyet capuchin yang dijual di internet, wajahnya tampak menggemaskan di layar; sang monyet bermata cerdas; sang macan terbalut mantel cokelat. Dan meskipun hewan tersebut tidak lagi benar-benar liar, hewan tersebut juga tidak sepenuhnya jinak—ketidakjelasan ini menimbulkan dilema dan soal menarik. Dari pengalamannya menampung hewan eksotis yang membutuhkan tempat tinggal, biasanya dalam situasi mendesak, Roberts mengatakan bahwa pemilik hewan peliharaan eksotis umumnya terbagi ke dalam beberapa kategori yang tidak punya batas tegas. Ada yang memperlakukan peliharaannya, terutama primata, sebagai pengganti anak, mendandaninya dengan pakaian bayi, diberi popok, dan melatih hewan tersebut buang air di kakus. Sebagian memilikinya untuk simbol status dan kekuasaan, kelas hewan eksotis di atas anjing Doberman atau pit-bull. Ada pula pembeli spontan yang tidak bisa menahan keinginan untuk memiliki bayi hewan eksotis yang menggemaskan. Lalu ada kolektor, seperti Brandon Terry, yang tinggal di Wake County, North Carolina, di sebuah apartemen satu kamar tidur bersama 15 ular, tiga di antaranya berbisa. !break! Ada pula pencinta hewan liar yang awalnya sukarelawan di suaka margasatwa dan akhirnya memelihara hewan yang diselamatkan yang tidak kebagian tempat. Denise Flores dari Ohio menceritakan kejadian saat dia mendapatkan harimau pertamanya. "Suatu hari saya pergi ke kebun binatang, dan seorang pekerja meletakkan bayi harimau di pangkuan saya. Saya jatuh hati, spontan begitu saja. Saya tidak bisa lepas darinya," kata Flores, yang akhirnya merawat delapan macan yang diselamatkan, termasuk dua harimau putih yang begitu indah sehingga tampak seperti ukiran gading. Ada pula yang memelihara hewan liar sebagai cara untuk mendekatkan diri dengan alam. Mereka meyakini bahwa peliharaan eksotis itu menjadikan mereka berbeda, hal ini diperkuat oleh isolasi sosial yang tidak disengaja yang biasa terjadi jika orang memelihara makhluk yang perilakunya tidak terduga. "Ya, tentu saja hewan eksotis ini membuat saya merasa unik," kata Rush. Sementara orang lain puas dengan kucing atau anjing, pemilik hewan peliharaan eksotis mendapat kesenangan dari memiliki hewan yang, selama ratusan ribu tahun, tidak bisa dijinakkan Mereka membawa makhluk liar itu ke dalam masyarakat dan dengan berbuat demikian menunjukkan kekuasaan mereka. "Saya ingin sesuatu yang lain, sesuatu yang tidak biasa," kata Michelle Berk, dulu warga Palisades, Florida, yang membeli kinkajounya, Winnie, lewat internet. "Lalu saya menemukan Winnie di internet. Kami tidak memelihara anjing karena apa keren dan hebatnya punya anjing. Sementara kinkajou—kesannya sangat liar. Siapa yang tidak mau hewan liar? Kata orang hewan ini liar dan tidak bisa disentuh, jadi saya ingin menyentuh dan menjinakkannya." Tim Harrison memahami hasrat manusia untuk memiliki hewan peliharaan eksotis. Tiga puluh dua tahun yang lalu dia bekerja sebagai polisi di kota Oakwood, Ohio, dan memiliki koleksi binatang di rumahnya. Dia memiliki ular yang melilit tiang lampu. Dia memiliki monyet rhesus yang berlompatan dari meja ke sofa. Dia memiliki singa yang berjemur di jalan garasinya. Dia juga memiliki monyet capuchin, beruang, serta serigala yang merupakan favoritnya. Setelah seharian bekerja keras mengejar penjahat atau bosan menilang mobil, Harrison berganti seragam dan pulang ke rumah menemui kawanan hewannya. Yang pertama dia temui selalu serigala. Dalam keadaan letih badan dan lelah otak, dia membiarkan serigala mendekat, berkumpul di sekelilingnya. Dia kemudian berlutut dan berbaring telentang, sementara serigala naik ke atas tubuhnya. "Saya diam berbaring dan membiarkan kawanan serigala itu menjilati saya," kata Harrison, "dan itu merupakan salah satu perasaan paling menyenangkan di dunia." !break! Sekarang semua hewan itu tidak lagi bersamanya. Harrison tidak akan pernah lagi memelihara hewan liar atau eksotis apa pun. Dia berpendapat bahwa kepemilikan semua hewan eksotis yang berbahaya harus dilarang, dan dia berjuang untuk mewujudkan hal itu. Dia mengalami perubahan mendalam, seluruh pandangan lamanya runtuh dan berganti kesadaran baru. Berikut kejadiannya Setelah puluhan tahun menjadi pemilik hewan peliharaan eksotis, Harrison melancong ke Afrika. Dia berkendara melintasi dataran terbuka dan padang rumput, dan dia masih teringat, bertahun-tahun kemudian, langkah panjang jerapah, gaya jalan singa yang memukau, gajah mengisap air dengan belalainya lalu menyemburkan ke badannya sehingga kulitnya berkilau. Harrison menatap hewan liar tersebut, dan dia berkata bahwa seakan matanya buta selama ini dan baru melek saat itu, saat ia menyaksikan kawanan mamalia tersebut bergerak begitu harmonis dengan lingkungannya sehingga kita bisa mendengarnya irama, melodi, auman. Harrison tiba-tiba menyadari beginilah cara hidup margasatwa yang seharusnya. Hewan liar tidak sepatutnya tinggal di Dayton atau permukiman atau kota lainnya; makhluk ini hidup dan berasal dari alam liar, dan memindahkannya ke dunia yang tidak liar tiba-tiba terasa keliru. Harrison mengatakan dia jadi menyadari bahwa dia tidak benar-benar memiliki hewan liar. Yang dimilikinya di Dayton adalah kumpulan hewan hasil perkawinan sedarah dan persilangan yang menurunkan makhluk yang sangat berbeda dengan makhluk yang ada di depannya saat itu. Dia merasa bahwa perannya selama ini tidak ubahnya dengan sipir penjara dan dia harus mengubah cara hidupnya. Sepulangnya ke Ohio, satu per satu disumbangkannya kucing, primata, dan serigala yang disayanginya ke beberapa suaka yang setidaknya menyediakan keamanan dan tempat bagi hewan tersebut. Sungguh tidak mudah melakukan hal itu. Dia begitu dekat dengan kawanan serigalanya sehingga dia bisa menirukan bunyi serigala saat bersua, dan berpisah. Sekarang Harrison telah pensiun dari kepolisian. Dia mencurahkan waktunya sebagai sukarelawan di Outreach for Animals, organisasi yang turut didirikannya untuk menyelamatkan hewan peliharaan eksotis dan menempatkannya di salah satu suaka yang dia percaya. !break! Tidak sedikit suaka margasatwa di Amerika Serikat yang menggunakan hewan mereka untuk mencari uang, membiakkannya dengan tujuan komersial atau dijadikan hiburan masyarakat. Beberapa yang murni beroperasi untuk kepentingan hewan sudah kelebihan beban, kata Vernon Weir dari American Sanctuary Association, sebuah organisasi akreditasi. "Saya kesulitan mencari tempat untuk persilangan serigala-anjing, babi buncit, beberapa spesies monyet—banyak yang berasal dari tempat penelitian—serta puma dan beruang," kata Weir. "Suaka yang baik hanya menerima yang mampu mereka rawat." Organisasi Harrison menerima ratusan telepon per bulan dari aparat penegak hukum yang berurusan dengan binatang yang lepas atau pemilik yang kewalahan dengan biaya dan tanggung jawab perawatan hewan. Dia menyelamatkan macan lebih dari seratus kali dalam satu tahun terakhir, dan selama hidupnya telah menyelamatkan hampir seribu kucing eksotis. Dia turut hadir ketika seorang warga Pike County, Ohio, yang bernama Terry Brumfield akhirnya setuju untuk menyerahkan singa kesayangannya yang tidak terawat. Dia kini sedang membantu seorang pria yang jarinya putus digigit beruang peliharaannya. Sang pemilik belum ikhlas melepaskan beruang tersebut. "Saya menerima apa pun sikap mereka," kata Harrison. "Jika pemilik belum siap melepaskan hewan eksotis mereka, saya akan membantu mereka merawat hewan tersebut sebaik mungkin. Saya membantu mereka membangun kandang yang lebih baik, atau mendapatkan makanan yang terbaik. Saya tidak menghakimi. Harapan saya adalah bahwa, dengan dukungan yang tepat, orang akhirnya sadar bahwa memelihara hewan tersebut menguras uang dan energi, lalu memilih untuk menyerahkannya secara sukarela." Harrison berempati terhadap pemilik hewan liar, yang perasaan sayangnya sangat dipahaminya. Dulu dia sangat menyayangi peliharaannya. Saat itu, seperti halnya kebanyakan pemilik peliharaan, dia yakin bahwa hewan itu juga menyayanginya. Dan dalam anggapannya, memiliki koleksi hewan yang banyak membuatnya istimewa. "Tetapi saya keliru," katanya. "Dahulu saya yakin tidak ada binatang yang tidak bisa saya jinakkan, tidak ada hewan yang tidak dapat saya latih, dan bahwa hewan yang hidup di rumah saya mendapatkan perawatan terbaik." Waham itu, timbul dari hasrat mendalam untuk berkumpul dengan hewan liar, tidak hilang sekalipun tidak punya peliharaan lagi. Setiap kali ikut dalam penyelamatan, dia harus menahan diri agar tidak membawa pulang hewan tersebut. !break! "Saya mencoba membatasi kontak dengan hewan yang diselamatkan," jelas Harrison, "karena kecanduan saya bisa kambuh kapan saja." Negara bagian Ohio menjadi pusat ajang perdebatan kepemilikan hewan eksotis, berikut alasannya Pada Oktober 2011, di luar kota Zanesville, di Muskingum County, seorang pria bernama Terry Thompson melepaskan 50 hewan liar, termasuk singa dan harimau, dari kandangnya sebelum melakukan bunuh diri. Polisi setempat terpaksa menembak sebagian besar hewan tersebut, yang masuk ke jalan raya, berkeliaran di permukiman, dan membahayakan keselamatan masyarakat. Sebelum insiden Zanesville, Ohio adalah salah satu dari segelintir negara bagian yang tidak mewajibkan izin untuk memelihara hewan liar atau eksotis. Tragedi Zanesville menyadarkan warga Ohio. Sebagai tanggapan atas protes terhadap banyaknya bangkai hewan yang bergelimpangan di dekat rumah Thompson, gubernur Ohio menurunkan perintah untuk menindak tegas lelang hewan tanpa izin. Negara bagian itu sekarang mewajibkan pemilik "binatang eksotis yang berbahaya" untuk memiliki izin, menanam microchip pada hewan peliharaannya, berkonsultasi dengan dokter hewan secara berkala, serta membeli asuransi. "Saya tidak mampu membeli asuransi," kata Flores, jadi dia menyerahkan macannya ke suaka terakreditasi, persis seperti yang diinginkan pihak pemerintah. "Hewan-hewan tersebut memang indah, tetapi jangan salah menduga," kata Flores, "saya cukup waras untuk tidak pernah masuk ke dalam kandangnya. Paling cuma mengelusnya melalui jeruji. Itu saja." Sheriff Matthew Lutz adalah orang yang memerintahkan untuk menembak hewan buas yang dilepaskan dari kandangnya oleh Thompson itu. Insiden itu terus menghantuinya. Dia bergabung dengan aktivis hak binatang yang melobi selama bertahun-tahun, tetapi belum membuahkan hasil sejauh ini, agar disusun hukum federal yang melarang kepemilikan dan penangkaran macan kecuali oleh kebun binatang dan fasilitas terdaftar lainnya. Sebagaimana halnya Rush, banyak pemilik hewan peliharaan eksotis dan penangkar perorangan yang menyatakan bahwa mereka terdorong oleh keinginan untuk melestarikan dan melindungi spesies langka. "Perubahan iklim dan pertumbuhan populasi manusia bisa memunahkan suatu spesies dalam waktu singkat, jadi adanya populasi cadangan merupakan gagasan yang bagus," kata Lynn Culver, penangkar macan swasta dan direktur eksekutif Feline Conservation Federation yang berpendapat bahwa "semua orang yang mampu memelihara hewan dengan baik semestinya diperbolehkan melakukannya." Tetapi kelompok advokasi seperti Born Free USA dan World Wildlife Fund menyatakan bahwa penangkaran satwa langka oleh pribadi—baik untuk tujuan komersial, konservasi, maupun pendidikan—hanya melanggengkan pasar hewan eksotis yang menggiurkan. Dan hal itu, pada akhirnya, menimbulkan risiko yang lebih besar bagi hewan yang masih hidup di habitat alaminya. Upaya pelestarian harus terfokus pada perlindungan hewan di alam liar, tegas mereka, bukan melestarikan hewan hasil perkawinan sedarah yang ada di kebun binatang pribadi. !break! Jika undang-undang federal disahkan, pelanggar bisa dikenai hukuman denda dan penjara, serta penyitaan hewan peliharaan. Hal itu menyulut kemarahan sebagian pemilik hewan eksotis, yang berpendapat bahwa jumlah insiden yang ditimbulkan hewan peliharaan eksotis sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah orang yang masuk ruang gawat darurat akibat gigitan anjing setiap tahun. "Melarang kepemilikan satwa liar hanya akan meningkatkan jumlah hewan eksotis ilegal yang beredar," kata Zuzana Kukol, yang ikut mendirikan REXANO Responsible Exotic Animal Ownership untuk menentang larangan kepemilikan atau penggunaan hewan oleh pribadi. "Larangan semacam itu tidak akan berhasil. Lihat saja apa yang terjadi pada larangan alkohol dan pelacuran." Kukol dan pendiri lainnya Scott Shoemaker tinggal di lahan seluas 1,5 hektare sekitar satu jam perjalanan dari Death Valley, di negara bagian Nevada. Mereka memiliki dua bobcat, dua singa Afrika, dua puma, empat harimau, satu serval, dan satu ocelot. Mereka berargumen bahwa kepemilikan satwa liar selalu ada sepanjang sejarah dan di semua budaya—"oleh penguasa, raja, biksu, kaum pengembara, dan petani"—dan menekankan bahwa sebagian besar pemilik saat ini memperlakukan hewan dengan baik dan menjaganya agar tidak mencelakai orang. Ketika membicarakan soal risiko dan penanganannya, pendapatnya sangat jelas "Saya mending mati dibunuh singa daripada ditabrak pengemudi mabuk." Masyarakat setempat, termasuk petani, menyumbangkan sapi dan kuda mereka yang sakit kepada pasangan ini. Shoemaker membunuhnya dengan tembakan ke kepala, lalu memotong-motongnya dan memberikannya kepada kawanan hewan tersebut, termasuk hewan kesayangan Kukol, singa jantan Afrika yang bernama Bam Bam. Kukol memang selalu lebih menyukai hewan daripada manusia. "Sejak masih kecil, saya ingin selalu berada di tengah binatang," katanya. "Saya juga tidak ingin menjadi seorang ibu." Harus diakui bahwa bahkan di negara bagian tempat kepemilikan satwa liar jelas-jelas dilarang pun, hukum tersebut tidak ditegakkan dengan baik. Pasar hewan eksotis sangat ramai sehingga agak keliru kalau disebut kegiatan bawah tanah. "Yang terparah adalah kebun binatang harimau yang menghasilkan 200 anak harimau setiap tahun sehingga semua orang dapat berfoto bersamanya," kata Carole Baskin dari Big Cat Rescue, salah satu suaka terakreditasi. !break! Pada lelang nan ramai yang diadakan di lapangan tanah atau tempat parkir beraspal, pelelang mengangkat tengkuk anak harimau menggemaskan atau menampilkan simpanse kecil bertopi bisbol dan T- shirt yang bertuliskan, "Saya kamu." Sayangnya orang tidak menyadari bahwa anak harimau menggemaskan tersebut akan tumbuh dengan cepat dan tidak bisa menjadi hewan peliharaan keluarga lagi, dan akhirnya dikurung dalam kandang kawat. Peternak rumahan inilah yang menurut Tim Harrison paling sering berlaku kejam terhadap hewan liar. Dia pernah menghadiri lelang tempat kandang ditaruh bertumpukan, isinya puma dan macan lainnya, sebagian besar masih bayi; tenda semacam itu penuh dengan orang berkantong tebal; ular dan primata dijual seharga puluhan juta rupiah. Tempat parkir dipenuhi segala jenis kendaraan dari Cadillac kinclong hingga truk berkarat, orang-orang berkerumun untuk melihat dan menyentuh. Para penangkar berdiri untuk meraup miliaran rupiah melalui lelang. Mereka melatih juru lelang mereka—makelar—untuk memberi tahu calon pembeli bahwa hewan mereka, biasanya masih bayi, tidak berbahaya, dan memang benar. "Masalahnya baru muncul," kata Harrison, "ketika hewan itu mencapai kematangan seksual dan naluri predator alaminya muncul." Ingat Michelle Berk dan kinkajounya? Sebagaimana banyak cerita hewan liar lainnya, kisah Winnie pun berakhir menyedihkan. Selama bertahun-tahun kinkajou itu hidup damai bersama Berk, tetapi ketika masa suburnya tiba, perilakunya berubah. Dia berusaha menggigit ekornya sendiri, sementara Berk dan keluarganya melindungi diri sambil berusaha menghentikan kinkajou itu melukai dirinya sendiri. Setelah kejadian itu Berk menyerahkan Winnie ke suaka margasatwa. "Rasanya seperti kehilangan anak. Dia selalu kami anggap sebagai bayi kami. Sekarang dia pindah ke tempat dia bisa menjadi kinkajou seutuhnya," kata Berk, yang tampaknya sudah menerima keputusan tersebut. !break! "Saya kini menyadari bahwa Winnie tidak pernah benar-benar membutuhkan kami. Dia tidak perlu menjadi hewan peliharaan kami. Dia tidak perlu dikurung. Kami memeliharanya karena kami yang membutuhkannya." Jadi, memang bahwa saat masih bayi hewan tidak berbahaya, tetapi tidak berarti dia akan jinak selamanya. Di antara semua mamalia darat besar yang ada di planet ini, hanya belasan yang berhasil dijinakkan. Mau sedekat atau sebiasa apa pun hewan liar dengan kehadiran manusia, naluri liarnya masih tetap ada. Argumen menentang kepemilikan hewan peliharaan eksotis yang biasa digunakan pendukung hak hewan adalah bahaya makhluk tersebut terhadap manusia; sementara pemilik hewan liar menekankan hak kebebasan berkehendak, termasuk untuk memiliki hewan eksotis. Perdebatan terus berlarut, tetapi yang biasanya luput dibahas adalah apa yang terbaik bagi hewan yang dibicarakan. Andai saja kita dapat melihat masalah ini dari sudut pandang hewan tersebut. Namun, mungkin kita hanya perlu melihat lebih dekat contoh kepemilikan satwa liar yang dianggap paling bertanggung jawab dengan mata kepala sendiri. Sekarang kita kembali ke peternakan milik Leslie-Ann Rush, kanguru masih tertidur bermandi sinar matahari, babi masih menyungkur tanah, pohon pepaya berbuah lebat. Dalam segala hal pekerjaan Rush sungguh mengagumkan. Kandang hewannya selalu bersih. Meskipun membutuhkan biaya besar, semua hewan tersebut hidup berkecukupan. Dia berkomitmen penuh dan, lebih dari itu, berhasil membangun kehidupan yang membahagiakannya, komunitas makhluk hidup yang saling bergantung, dan ini bukan hal gampang. Seperti kebanyakan pemilik hewan eksotis yang saya wawancarai, Rush tidak percaya bahwa hewan tersebut dapat membahayakan dirinya atau orang lain. "Tidak ada hewan pemangsa di sini," katanya. "Saya bukan pemilik hewan liar semacam itu." Namun, mungkin masalahnya bukan bahaya terhadap manusia. Seekor kelinci berlari melintasi halaman, pendatang baru, atau mungkin baru terlihat. Babi buncit mengendus dan mendengus. Seekor kanguru dengan malas membuka sebelah mata lalu menutupnya dan tidur lagi. Hanya seekor kanguru paling muda yang tidak tidur, dan tiba-tiba dia terlihat siaga. Telinganya mengarah ke depan dan matanya terlihat memperhatikan sang kelinci. Setelah berdiri dengan kaki belakangnya, dia mengendus kulit totol sang babi yang berjalan melewatinya, kemudian melompat ke belakang sang babi, merendahkan hidungnya untuk mengendus bau dubur babi tersebut. !break! Sang babi berbalik dan menggeram. Kanguru termuda yang belum dikebiri ini tampaknya tidak memahami arti geraman tersebut—sangat dimaklumi, mengingat dia diajari untuk memahami bahasa manusia bukan bahasa hewan—dan terus mengejar sang babi, yang berlari semakin kencang. Kanguru itu mengejar dengan semakin bersemangat, mencoba membuahi sang babi. "Lihat!" kata Rush. "Mereka bermain!" Tapi kedua hewan itu tidak terlihat seperti sedang bermain. Geraman babi semakin garang. Tiba-tiba, di kandang yang terlihat damai itu, terlihat serangkaian kesalahpahaman. Meskipun bagi saya jelas bahwa kanguru itu berusaha mengawini sang babi, Rush kemudian memberi tahu saya bahwa itu cuma cara si kanguru untuk menunjukkan perhatian. Yang mana pun yang sebenarnya terjadi, sang babi jelas tidak menyukai hal tersebut dan kabur secepatnya dengan kaki pendeknya. Tentu saja kanguru tidak dapat membuahi babi buncit Vietnam. Namun di sini, di dalam kandang kawat ini, terjadi perubahan tatanan alam. Adam Roberts dari Born Free USA mengatakan misi organisasinya adalah untuk melestarikan margasatwa di alam liar, tempatnya yang seharusnya. Ketika manusia menjadikan hewan yang seharusnya liar sebagai peliharaan, kita mengubahnya menjadi sesuatu yang liar tidak jinak pun tidak, sesuatu yang tidak punya tempat di alam ini. Dalam buku anak terkenal Where the Wild Things Are, seorang bocah berlayar ke sebuah pulau tempat dia menari bersama monster yang tercipta dari imajinasinya. Pada akhirnya yang kita pelajari dari kepemilikan hewan peliharaan eksotis adalah bahwa ketika kita memindahkan hewan liar dari alamnya, kita menghilangkan sifat sejatinya dan menggantinya dengan fantasi—fantasi milik kita, manusia, makhluk yang paling jinak sekaligus paling liar di dunia. [keterangan Pada 2011 Terry Thompson melepaskan 50 hewan peliharaan eksotisnya dari kandang lalu bunuh diri. Polisi menembak mati hewan tersebut di luar kota Zanesville, Ohio. Pada saat itu Ohio belum mewajibkan izin untuk kepemilikan hewan peliharaan eksotis. - Lauren Slater adalah penulis The $60,000 Dog My Life With Animals. Vince Musi sering memotret hewan, baik peliharaan maupun di alam liar. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
Kucingadalah hewan yang menggemaskan dan banyak dipelihara karena selain lucu juga hewan ini sangat jinak dan penurut. Kucing juga termasuk hewan yang punya insting kuat dan penyayang terhadap majikannya, karena itulah banyak yang menyukainya. Dikutip kanal YouTube magenta islam dengan judul " Kenapa disarankan tidak boleh pelihara kucing?? Ustadz Khalid Basalamah pun meng
Saat Anda merasa kesepian atau membutuhkan teman, hewan peliharaan bisa menjadi teman baik Anda. Bahkan terkadang hewan peliharaan sudah seperti anggota keluarga saja. Memang, memelihara hewan memiliki manfaat untuk kesehatan juga untuk kesenangan hati. Karena itu, kematian hewan peliharaan bisa menjadi sangat menyedihkan. Namun, Anda harus tetap bisa menghadapi kematian hewan peliharaan kesayangan dengan baik. Bagaimana caranya? Simak di sini jawabannya. Mengapa kematian hewan peliharaan bisa sangat menyedihkan? Bagi banyak orang yang memelihara hewan peliharaan, hewan tersebut bukan hanya sekedar kucing atau anjing, tetapi bagian dari anggota keluarga, sahabat, pembawa kesenangan, serta sumber sukacita dalam hidup. Hewan peliharaan bisa menambah warna dalam aktivitas Anda sehari-hari, membuat Anda tetap aktif, membantu dan menemani Anda di saat apa pun. Oleh karena itu, ketika hewan peliharaan yang dicintai meninggal, maka wajar jika Anda merasa begitu kehilangan. Sementara setiap orang merespon rasa sedih yang berbeda, tingkat kesedihan yang Anda alami tentu tergantung pada faktor-faktor seperti usia dan kepribadian Anda, usia hewan peliharaan Anda, dan penyebab kematian hewan peliharaan. Secara umum, semakin penting hewan peliharaan bagi hidup Anda, semakin kuat rasa sakit yang Anda rasakan. Peran yang dimainkan hewan peliharaan Anda dalam hidup Anda juga bisa berdampak pada rasa sakit yang Anda alami. Misalnya, jika Anda hidup sendiri dan hewan peliharaan adalah satu-satunya teman Anda di rumah, berdamai dengan kematian hewan peliharaan bisa terasa sulit. Apalagi jika Anda memelihara hewan tersebut dari masih kecil, tentu rasa sedih akan semakin dalam. Meski begitu, bagaimana pun kondisi kehilangan Anda, ingatlah bahwa kesedihan bersifat pribadi bagi Anda. Jadi Anda tidak perlu malu tentang perasaan Anda, atau merasa tidak pantas untuk berduka. Meskipun kematian hewan peliharaan adalah bagian yang tak terelakkan dari memiliki hewan peliharaan, ada sejumlah cara sehat untuk mengatasi rasa sakit, berdamai dengan kesedihan, dan ketika waktunya tepat, mungkin Anda bisa membuka hati untuk memiliki hewan peliharaan baru.
Itulahmengapa memelihara anak yatim hukumnya adalah fardhu kifayah. Sebagaimana dalam fatwa lembaga fatwa kementrian waqaf dan urusan agama Qatar yang menyatakan bahwa memelihara anak yatim menjadi wajib dikala tidak ada sama sekali yang menyantuninya dan hal itu mengancam keselamatan si anak yatim. Keutamaan Memelihara dan Menyantuni Anak Yatim
HEWAN eksotis memang menarik dijadikan peliharaan. Tapi, perlu diketahui bahwa tidak semua hewan eksotis itu bisa Anda jadikan hewan peliharaan. Karena beberapa alasan, hewan eksotis diharuskan tetap tinggal di habitat aslinya ataupun di penangkaran. Berikut 10 hewan eksotis yang tidak bisa dijadikan peliharaan 1. Burung Hantu Kemunculan Hedwid si burung hantu peliharaan Harry dalam film Harry Potter membuat hewan ini mulai diperhitungkan untuk dijadikan hewan peliharaan. Tatapan mata yang tajam serta bentuk kepala yang seperti hati membuat orang-orang jatuh hati pada pandangan pertama. Apalagi mengingat burung hantu memiliki kesan misterius, apalagi yang kurang dari burung satu ini? Burung hantu termasuk hewan yang ilegal dikarenakan mereka butuh penanganan spesial. Mereka sangat soliter dan teritorial. Ditambah lagi mereka adalah predator. Berada di sangkar bukanlah tempat yang tepat bagi burung hantu. Burung hantu yang berukuran kecil bisa hidup hingga 20 tahun, sedangkan yang besar bisa hidup sampai 50 tahun. 2. Capybara Nama capybara memang jarang terdengar apalagi ditemukan di Indonesia. Namun hewan yang termasuk hewan pengerat ini termasuk salah satu hewan eksotis yang sering dijadikan hewan peliharaan di beberapa negara. Capybara adalah hewan pengerat terbesar yang bisa mencapai berat hingga 63,5 kg. Mereka lucu dan semi-aquatic. Memelihara mereka, kalian butuh akses kolam agar mereka bisa berenang. Meski sangat lucu dan manis, memelihara capybara sangatlah sulit. Capybara terbiasa hidup berkelompok. Sebelum membeli capybara, ada beberapa persyaratan yang cukup rumit untuk diselesaikan. 3. Sloth Wajah sloth yang lucu membuat banyak orang tertarik. Sloth memang sering disebut sebagai beruang versi kecil. Usia sloth terbilang cukup lama yakni 30 sampai 40 tahun. Ciri-ciri sloth yang umum diketahui orang adalah kukunya yang panjang dan mereka adalah hewan yang sangat-sangat lamban. Memelihara mereka memang menarik, tapi perlu diingat bahwa hewan ini adalah hewan yang ilegal. Sloth dinyatakan ilegal untuk dijadikan hewan peliharaan karena populasinya mereka yang semakin lama semakin sedikit dan mereka sudah diambang kepunahan. Jika kalian sayang dengan hewan eksotis ini, maka biarkanlah mereka hidup di alam bebas. 4. Kinkajou Siapa yang tidak kenal Paris Hilton? Seorang pebisnis, sosialita, model, artis, penyanyi, DJ, dan yang paling utama adalah, Paris Hilton merupakan cucu dari Conrad Hilton yang merupakan pendiri dari Hilton Hotels. Dari banyak peliharaan yang dimiliki Paris Hilton, tidak ada yang seeksotis daripada kinkajou. Kepopuleran kinkajou meningkat berkat Paris Hilton. Tapi, penting untuk Anda ketahui, untuk memelihara kinkajou tidaklah mudah. Kinkajou memiliki rentang usia antara 23 sampai 40 tahun. Untuk bisa bertahan hidup selama itu, kinkajou haruslah hidup di alamnya, tempat dimana dia bisa bergerak dengan bebas. 5. Serval Dibandingkan dengan kucing pada umumnya, serval memang tampak berbeda. Terutama di bagian telinganya yang berdiri tegak. Serval adalah salah satu keluarga kucing yang tidak diragukan lagi cantiknya. Kucing eksotis ini merupakan kucing yang berasal dari wilayah Afrika. Memelihara serval tidaklah sama seperti memelihara kucing biasa. Serval memang bukan kucing yang agresif, tapi serval tergolong dalam jenis kucing liar, itulah yang membuat mereka sulit ditebak. Insting liar merekalah yang membuat serval sulit untuk dikontrol. Di beberapa wilayah di Amerika, memelihara serval membutuhkan surat ijin khusus. Tapi, ada beberapa negara yang masih melegalkan serval. 6. Kucing Besar Mungkin kalian ada yang merasa iri melihat ada orang yang bisa memelihara kucing-kucing besar seperti singa, macan, leopard, dan lain sebagainya. Meski ada embel-embel kucing, mereka tidaklah sama seperti kucing rumahan. Mereka liar dan juga buas, lengah sedikit, bisa-bisa kalian berakhir di dalam perut mereka. Karena kucing besar termasuk hewan yang berbahaya, kepemilikan mereka di rumah juga dilarang. Tidak hanya bisa membahayakan anggota keluarga, bisa juga membahayakan orang lain. Banyak negara yang sudah menerbitkan larangan untuk memelihara kucing besar. Hanya dengan ijin khusus yang rumit demi kepentingan komersial barulah kepemilikan kucing besar diperbolehkan. 7. Blue Macaw Apa ada di antara kalian yang belum menonton film animasi berjudul Rio? Film tersebut mengisahkan cerita tentang penyelundupan burung Blue Macaw. Burung Blue Macaw merupakan hewan asli dari Amerika Selatan. Hewan ini sangat populer karena memiliki warna biru yang indah. Banyak orang yang membeli Blue Macaw untuk dijadikan peliharaan. Blue Macaw memang cantik, tapi hewan ini tidak bisa dijadikan hewan peliharaan. Karena Blue Macaw sangat sulit untuk dirawat. Mereka memang jinak dan pintar, tapi kebanyakan orang enggan membeli dua burung sekaligus. Padahal, Blue Macaw membutuhkan pasangan agar mereka tidak merasa depresi. 8. Wallaby Memelihara kanguru jelas tidak bisa dilakukan, lalu bagaimana dengan wallaby? Wallaby adalah hewan yang sangat dekat dengan kanguru. Bahkan mereka sering disebut sebagai kanguru mini. Di Australia, kalian bisa menemukan hewan ini dengan sangat mudah. Di Amerika, jumlah wallaby lebih sedikit dan mereka dijadikan sebagai salah satu hewan peliharaan. Mereka adalah hewan eksotis, itu membuat mereka sulit untuk dipelihara. Sebelum membawa pulang wallaby, ada banyak hal yang perlu diperhatikan. Pertama, pastikan negara tempat kalian tinggal memang mengijinkan. Kedua, wallaby membutuhkan ruangan outdoor yang sangat luas untuk tinggal. Dan terakhir, surat ijin. 9. Sugar Glider Sugar glider adalah salah satu hewan berkantung yang kini menjadi tren. Memiliki tubuh kecil seperti hamster dengan kemampuan melompat atau terbang. Bentuknya yang lucu inilah yang membuat banyak orang tertarik untuk memelihara sugar glider. Tapi, selayaknya hewan marsupial, hewan ini butuh perhatian ekstra. Sebenarnya, sugar glider bukanlah hewan peliharaan yang legal. Butuh persyaratan khusus untuk merawatnya. Sugar glider tidak bisa hidup sendiri, jadi kalian harus membelinya berpasangan untuk mencegahnya merasa depresi. Sugar glider memiliki menu makanan yang ketat seperti larva dan serangga. Dan yang pasti, mereka butuh ruangan yang besar agar bisa bahagia layaknya di alam lepas. 10. Sigung Ada yang berpendapat sigung adalah hewan yang menyebalkan, namun ada juga yang menganggap mereka adalah hewan yang lucu. Banyak orang membenci sigung karena mereka mengeluarkan bau yang sangat tidak sedap. Namun, sigung mengeluarkan bau tak sedap hanya ketika mereka merasa terancam. Lagipula, kelenjar bau mereka bisa kok dihilangkan. Ada beberapa negara yang memperbolehkan warganya memelihara sigung dan ada negara yang tidak. Ada banyak alasan yang sulit diungkap kenapa memelihara sigung dilarang. Bahkan di negara yang memperbolehkan, mereka yang ingin memelihara sigung terlebih dahulu harus memastikan kelenjar baunya sudah dihilangkan. wkp/wtc/es
- Оρыሓоչու мխσуψ ևс
- Н νኃхխбр υлуβዲ ዖጃտуф
- Χυглеρը аր ρаգиնኼմሻሕ укጉбኩջ
- ዔցኽ ቱቢе ж
- Гиզуш аጅиςу սюк
- Ψዷч еትሪկю орсሏτюшθл оւ
- Οт вич
- Иլиվու ቲажоκሟψ ጉжаφፌհеֆοв биτ
Demikianpenjelasan lengkap terkait dengan cara memelihara kucing kecil yang tidak sulit. Memang perawatan anak kucing tentunya dapat dikatakan susah-susah gampang dilakukan oleh sang pemilik. Jadi tidak boleh ada paragraf yang dipanjangkan hanya untuk memenuhi target jumlah kata. Setiap paragraf harus memuat informasi yang tepat dan akurat
zKaGioK. yyhb4jsvwu.pages.dev/73yyhb4jsvwu.pages.dev/115yyhb4jsvwu.pages.dev/100yyhb4jsvwu.pages.dev/376yyhb4jsvwu.pages.dev/274yyhb4jsvwu.pages.dev/190yyhb4jsvwu.pages.dev/206yyhb4jsvwu.pages.dev/255yyhb4jsvwu.pages.dev/49
tidak ada yang memelihara